Hal ini sangat dekat dan sangat realistis dengan kehidupan sehari-hari.
Kemudian, bagian kedua mengandung cerita yang sedikit lebih jauh dari umumnya. Sehingga banyak terdapat metafora dan permainan simbol.
Misalnya ada kisah seorang pelancong yang ingin menanam bungan mawar di bibir perempuan. Pohon pisang yang tumbuh di meja makan.
Lalu seorang laki-laki yang tergila-gila dengan Koeni dan menanam Koeni di perut istrinya.
Sedangkan pada bagian ketiga adalah obrolan yang sangat jauh dari dirinya dan pembaca.
"Kalau bisa dia jangan sampai ada di antara saya dan anda," katanya lagi.
Pengambilan judul Arum manis berasal dari salah satu cerpen yang berada di dalam buku tersebut.
Cerpen yang ia menangkan di majalah femina dan terbit pada edisi tahunan 2015 berjudul Arum Manis.
Cerpen itu ia buat di saat masih berkuliah di Yogjakarta.
Gagasan ingin menerbitkan buku muncul saat ia memenangkan cerpen tersebut.
Teguh mengumpulkan cerpen sejak tahun 2015. Namun tidak langsung terbit. Akhirnya setelah melewati proses panjang, buku ini hadir di Gramedia.
Lalu kenapa Teguh memilih Arum Manis sebagai judul buku?
"Kenapa arum manis, pertama karena bunyinya enak didengar. Tapi sebenarnya ada makna filosofi yang ingin saya tembak dari arum manis ini," tegasnya.
Arum manis sendiri dibuat dari satu sendok gula. Setelah diproses, gula tersebut mekar dan menjadi besar.