TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan mengenai adanya sesar aktif Baribis atau Sesar Baribis yang membentang di selatan Jakarta.
Sesar Baribis merupakan sesar aktif yang bisa memicu terjadinya aktivitas gempa di daerah Jakarta dan sekitarnya.
"Ya, struktur Sesar Baribis segmen di selatan Jakarta terbukti aktif dengan estimasi laju geser mencapai sekitar 5 milimeter per tahun," ujar Daryono seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Apa Itu Sesar Baribis? BMKG: Patut Diwaspadai, Jakarta Berpotensi Gempa
"Selain itu, keaktifan sesar ini didukung hasil monitoring peralatan sensor seismograf BMKG di mana terdapat aktivitas gempa yang terpantau di jalur sesar, meskipun dalam magnitudo kecil 2,3 – 3,1," lanjut dia.
Jabodetabek bersiap hadapi ancaman gempa Dengan data-data sejarah dan kajian geofisika terbaru, wilayah megapolitan Jabodetabek yang dihuni 29.116.662 jiwa atau sekitar 11 persen dari penduduk Indonesia ini memiliki kerentanan gempa bumi.
Endra Gunawan, peneliti geofisika yang juga dosen di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, mengatakan, masyarakat perlu diedukasi sehingga bisa memitigasi ancaman gempa tersebut.
”Ini memang agak sensitif karena berkaitan dengan daerah yang padat penduduk. Tetapi, harus disampaikan apa adanya bahwa dari sisi sains, zona tektonik di selatan Jakarta memang aktif,” kata dia.
Endra yang terlibat dalam serangkaian studi kegempaan di Jawa, khususnya sekitar Jakarta ini, menjelaskan, kerentanan bencana di Jakarta dan sekitarnya ini perlu dikomunikasikan ke masyarakat.
Baca juga: Picu Gempa Dangkal di Palu, BMKG : Aktivitas Sesar Palu Koro Normal
Sehingga dengan mengetahui potensi ancaman bencana tersebut bisa harus mulai dipersiapkan mitigasinya.
”Selain tata ruang dan tata bangunan, juga edukasi dan pelatihan menghadapi gempa perlu disiapkan secara rutin,” kata dia.
Kesiapsiagaan Gempa di Jakarta
Daryono juga mengingatkan pentingnya membangun kesiapsiagaan gempa di Jakarta dan sekitarnya.
Apalagi, risiko guncangan karena gempa di Jakarta dan sekitarnya bisa diamplifikasi oleh kondisi tanah yang lunak karena tersusun endapan muda.
Dia mengingatkan kejadian gempa bumi berkekuatan M 5,8 dari zona subduksi yang melanda Jakarta pada 17 Maret 1997 yang menimbulkan kerusakan bangunan tembok di beberapa gedung di kawasan Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin.
Baca juga: Gempa 6 Mei 2022: Guncang Kulonprogo DIY, BMKG Sebut Aktivitas Sesar Aktif Jadi Pemicu
Demikian halnya gempa berkekuatan M 6,7 di Selat Sunda pada Jumat (14/1/2022) pukul 16.05 yang menimbulkan kerusakan dan dirasakan cukup kuat hingga Jakarta.
Padahal, potensi kegempaan dari zona subduksi di Jawa bagian barat ini bisa mencapai M 8,8, yang jika saatnya itu terjadi, dampak guncangannya hingga Jakarta pasti jauh lebih hebat. Bisa lebih masif dampaknya sebagaimana terjadi pada tahun 1699.
Belum lagi, ancaman gempa bersumber di daratan dari Sesar Baribis yang bisa menimbulkan guncangan hebat sebagaimana terjadi pada 1780 dan 1834 di Jakarta dan sekitarnya.
Dengan kepadatan penduduk yang berlipat dibandingkan seabad lalu, dampaknya bisa sangat dahsyat.
"Ini yang patut diwaspadai. Kita punya banyak bukti catatan gempa kecil bahkan dengan magnitudo 4,5 mampu menimbulkan kerusakan karena hiposenternya dangkal dengan episenternya dekat dengan permukaan," ujar Daryono.
Tetapi, jika ternyata gempa yang terjadi memiliki magnitudo lebih besar tentu potensi kerusakannya pun akan semakin besar.
Baca juga: Apa Itu Sesar Baribis? BMKG: Patut Diwaspadai, Jakarta Berpotensi Gempa
Mitigasi Bencana Gempa Bumi Jakarta dan Sekitarnya
1. Mewujudkan bangunan tahan gempa dengan struktur yang kuat serta perencanaan tata ruang berbasis risiko gempa yang mengacu pada peta mikrozonasi bahaya gempa dalam skala detil.
2. Seluruh lapisan masyarakat perlu memahami keterampilan cara selamat saat terjadi gempa, perlu ada edukasi massif dan latihan evakuasi yang berkelanjutan.
Daryono mengatakan, edukasi dan latihan evakuasi ini tidak hanya untuk antisipasi gempa akibat Sesar Baribis, tapi juga untuk antisipasi potensi gempa megathrust yang sumbernya jauh dan dapat berdampak hingga Jakarta.
Riwayat Gempa Sesar Baribis
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Scientific Reports-Nature, pada Kamis (16/6/2022), menambah bukti ancaman gempa yang mengepung Jakarta dan sekitarnya.
Baca juga: Analisis BMKG soal Gempa M 5,3 di Lebak Banten, Gempa Dangkal Akibat Aktivitas Sesar Lokal
Selain itu, penelitian yang ditulis Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro dan tim ini menunjukkan bahwa Sesar Baribis, jalur patahan di selatan Jakarta, aktif dan menyimpan ancaman besar.
Sesar Baribis ini terletak di bagian utara Pulau Jawa, membentang dari Kabupaten Purwakarta sampai perbukitan Baribis di Kabupaten Majalengka (Van Bemmelen, 1949).
Riwayat gempa terkait Sesar Baribis:
Jakarta, 5 Januari 1699: Gempa magnitudo 8,0
Jakarta, 22 Januari 1780: Gempa magnitudo 7,0
Cirebon, 16 November 1847: Gempa magnitudo 7,0
Baca juga: Apa Itu Sesar Baribis? BMKG: Patut Diwaspadai, Jakarta Berpotensi Gempa
Dampak Sesar Baribis
Jalur sesar tersebut memiliki potensi gempa yang cukup siginifikan.
Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
"Tentu saja dengan keberadaan jalur sesar aktif ini maka berpotensi terjadi gempa. [...] Hasil kajian menunjukkan adanya tingkat kompresi yang tinggi, diduga terkait dengan area yang terkunci. Ini yang patut diwaspadai," ujar Daryono, Jumat (24/6/2022), dikutip dari Kompas.com.
Daryono menjelaskan, struktur Sesar Baribis diperkirakan memiliki panjang sekitar 100 kilometer.
Jalur Sesar Baribis terbagi ke dalam beberapa segmen yang panjangnya bervariasi.
Beberapa segmen itu adalah segmen Jakarta yang terbentang di sisi selatan Jakarta, lalu di sebelah timur ada segmen Bekasi-Purkawarta.
Ia membenarkan bahwa Jakarta berpotensi dilanda gempa.
Baca juga: Apa Itu Sesar Baribis? BMKG: Patut Diwaspadai, Jakarta Berpotensi Gempa
Berdasarkan catatan BMKG, aktivitas gempa kerak dangkal akibat sesar aktif berkekuatan kecil pun dapat memicu kerusakan.
BMKG memiliki catatan gempa kecil dengan magnitudo 4,5 mampu menimbulkan kerusakan karena hiposenternya dangkal sehingga episenternya dekat dengan permukaan.
"Penting menerapkan upaya mitigasi yang nyata atau konkret di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang, Purwakarta dan sekitarnya yaitu dengan mewujudkan bangunan tahan gempa dengan struktur yang kuat serta perencanaan tata ruang berbasis risiko gempa yang mengacu pada peta mikrozonasi bahaya gempa dalam skala detil". sambungnya.
Seluruh lapisan masyarakat juga perlu memahami keterampilan menyelamatkan diri saat gempa terjadi.
Perlu ada edukasi masif dan latihan evakuasi yang berkelanjutan. (Kompas.com/Tribunnews.com)