TRIBUNNEWS.COM - Patung Kuda Arjuna Wijaya menceritakan sebuah adegan dalam kisah Mahabharata, kisah antara Pandawa.
Yakni Arjuna yang menggenggam busur panah dan Batara Kresna yang menjadi sais.
Keduanya menaiki kereta perang berkepala garuda yang ditarik oleh delapan ekor kuda.
Delapan kuda tersebut melambangkan filsafat kepemimpinan "Asta Brata".
Asta Brata adalah delapan falsafah hidup dalam ajaran Hindu Jawa, yakni:
- Hidup harus mencontoh Bumi (Kuwera Brata) yang menjadi landasan pijak yang teguh dan memberi kesejahteraan.
Baca juga: Sejarah Patung Kuda yang Terletak di Jantung Ibu Kota Jakarta, Arjuna Wijaya Dibuat Sejak Tahun 1987
- Hidup harus menjadi Matahari (Suryo Brata) yang memberi semangat, kekuatan, dan sumber energi.
- Hidup harus menjadi Api (Agni Brata) yang mulia dan menghanguskan yang bersalah tanpa pilih kasih.
- Hidup harus menjadi Bintang (Yama Brata) yang menegakkan keadilan menurut hukum.
- Hidup harus menjadi Samudra (Baruna Brata) yang berwawasan luas, mengisi tiap gejolak dengan baik dan bijak.
- Hidup harus menjadi Angin (Bayu Brata) yang memberi kesegaran dan turun ke bawah melihat rakyat.
- Hidup harus menjadi Hujan (Indra Brata) yang mengusahakan kemakmuran bagi rakyat, membawa kesejukan, dan penuh wibawa.
- Hidup harus menjadi Bulan (Candra Brata) yang memberikan penerangan, berwajah sejuk agar masyarakat tenteram dan hidup nyaman.
Dua sosok tersebut, Arjuna dan Batara Kresna, digambarkan sedang berada dalam situasi pertempuran melawan Adipati Karna dari Kurawa.