Alfred mengatakan, penutupan jalur pedestrian di Kedubes AS terlalu berlebihan dibandingkan sejumlah gedung penting di negaranya yang mudah diakses masyarakat.
"Itu trotoarnya tidak di-protect banget, bahkan pagarnya white house aja kita bisa pegang gitu. Itu kenapa mereka di negara kita seperti paranoid," kata Alfred.
"Maksud saya ini mereka di negara mereka saja itu trotoarnya itu baik banget, bagus banget dan sampai white house aja itu enggak ada masalah tuh, enggak ada dikasih barrier yang kawat duri dan lain-lain," ucap Alfred.
"Dari zaman Pak Jokowi sebagai Gubernur DKI. Kami sudah menyampaikan itu kepada Pemprov DKI Jakarta agar fasilitas publik yang merupakan hak dasar pejalan kaki harus dibuka yang di depan Kedubes AS," ujar Alfred.
Alfred mengatakan penutupan trotoar itu sudah terjadi saat Kedubes AS direnovasi pada 2013.
Penutupan trotoar di depan Kedubes AS saat itu tak jauh berbeda dari saat ini yang menggunakan barrier dan kawat berduri.