TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengeluhkan banyaknya mobil-mobil tua yang masih beroperasi di wilayah DKI Jakarta sebagai penyebab memburuknya kualitas udara di wilayah ini.
Mengutip data IQAir pada Selasa (8/8/2023) kemarin, kualitas udara atau tingkat polusi di Jakarta mencapai 164 poin atau tidak sehat. Kualitas udara Jakarta disebutkan lebih buruk dari Dubai, Uni Emirat Arab dan Kuala Lumpur di Malaysia.
Pada hari Selasa, konsentrasi partikel debu halus atau PM2,5 di Jakarta mencapai 16,5 kali lebih tinggi dari standar yang direkomendasikan WHO.
Sementara pada Senin atau sehari sebelumnya, Indeks kualitas udara untuk wilayah DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat, yakni berada di angka 168 dengan konsentrasi parameter PM 2.5.
IQAir merupakan perusahaan teknologi asal Swiss yang memantau kualitas udara di sejumlah kota di dunia.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengklaim sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Namun dia menegaskan, perbaikan kualitas udara di Jakarta tidak bisa dilakukan sendiri.
"Karena sudah disampaikan, sebenarnya Jakarta itu kan terkait industri sudah bergeser ke luar kota," ujarnya di Jakarta, Rabu (9/8/2023).
Dia mengatakan, pencemaran udara di Jakarta masih terjadi karena kendaraan roda dua atau roda empat dari beberapa industri masuk ke ibu kota, sehingga pencemaran udara di Jakarta masih terjadi dan disebabkan oleh kendaraan yang sudah tidak layak beroperasi.
"Kalau data saya terima, 1,5 tahun terakhir kendaraan roda empat itu dari 4 juta jadi 6 juta loh sekarang. Begitu juga kendarana roda dua 14 juta jadi 16 juta, berplat B kan Jabodetabek dan Hampir semua masuk Jakarta," ungkapnya.
Heru mengaku, langkah yang diambil Pemprov DKI untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta adalah menerapkan kendaraan listrik.
Baca juga: IQAir 2021: Indonesia Urutan Pertama Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara
Bahkan, Pemprov DKI sudah punya bus angkutan umum berbahan bakar listrik dan rencananya dua tahun ke depan jumlah kendaraannya akan ditambah 100 unit.
"Begitu juga Dishub menggunakan roda duanya listrik. Begitu juga kendaran dinasnya secara bertahap walau anggaran terbatas," terangnya.
Langkah lain yang dilakukan adalah menanam pohon berbagai jenis di seluruh wilayah DKI Jakarta setiap hari Jumat. Heru sudah memerintahkan Wali Kota se-Jakarta untuk menerapkan gerakan tanam pohon demi perbaiki kualitas udara.
"Selama saya kurang lebih setahun, sudah 15 ribu pohon kami tanam, dan pohon yang menyumbangkan tanaman buah lebih dari 20 ribu yang kami tanam," ungkapnya.
Baca juga: Warga Jakarta Disarankan Pakai Masker, Kualitas Udara Lagi Memburuk dan Terjelek di Dunia
Namun, gerakan penanaman ini belum bisa dirasakan karena butuh waktu yang cukup lama untuk tumbuh. Heru memastikan Pemprov DKI tidak lepas tanggungjawab untuk lakukan perbaikan kualitas udara di Jakarta.
Kemudian, Dinas Perhubungan DKI juga sering gelar uji emisi demi mengecek kelayakan kendaraan agar tidak cemari udara.
"Berikutnya menggunakan transportasi massal yang telah dibangun Pemda DKI demi kurangi kemacetan dan kurnagi emisi udara di Jakarta," ucap Heru.
Pindahkan Ibukota ke IKN
Presiden Joko Widodo alias Jokowi pun ikut berkomentar terhadap buruknya kualitas udara Jakarta. Menurut dia, pemindahan Ibu Kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN) merupakan salah satu solusi mengatasi masalah polusi yang melanda Jakarta.
Menurut Jokowi, polusi di Jakarta bakal berkurang ketika sebagian beban Jakarta dipindahkan ke IKN yang terletak di Kalimantan.
"Salah satu solusinya adalah mengurangi beban Jakarta sehingga sebagian nanti digeser ke Ibu Kota Nusantara," kata Jokowi seusai meresmikan Indonesia Arena di Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (7/8/2023).
Jokowi melanjutkan, pembangunan moda transportasi massal seperti mass rapid transit (MRT) dan light rapid transit (LRT) untuk semua rute juga harus diselesaikan demi mengurangi polusi.
Jokowi juga mendorong pemakaian kendaraan listrik sebagai salah satu solusi mengurangi polisi di Jakarta. Jokowi mengakui urusan polusi memang telah menjadi masalah menahun di Jakarta.
"Polusi itu tidak hanya hari ini, sudah bertahun-tahun kita alami di ibu kota," kata dia.
Menurut laporan IQAir, sebuah situs pemantau kualitas udara, tingkat polusi udara di Jakarta saat ini dinilai tidak sehat.
Situs tersebut menunjukkan, konsentrasi partikulat (PM2.5) di Jakarta berada di angka 76 mikrogram per meter kubik atau 15,2 kali lipat dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Komentar Hotman Paris Hutapea
Pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea, mengomentari polusi di Jakarta. Lewat status instagramnya, dirinya mengaku kaget dengan buruknya kondisi udara Jakarta pada Senin (7/8/2023) pagi.
Dirinya menunggah kondisi udara di wilayah Ibu Kota yang dalam kondisi merah atau tidak sehat. "Gawat polusi," tulis Hotman Paris pada Senin (7/8/2023) pagi.
Postingan Hotman Paris disambut beragam komentar dari masyarakat. Mereka membandingkan kondisi Jakarta ketika masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono saat ini.
Faktor Kemarau
Terkait buruknya kualitas udara Jakarta, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto mengungkapkan polusi dipicu tingginya mobilitas masyarakat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat.
“Dengan semakin menguatnya (kegiatan) ekonomi, maka mobilitas masyarakat menggunakan transportasi juga semakin tinggi. Hal itu sangat berpengaruh terhadap kualitas udara Jakarta,” kata Asep Kuswanto dikutip dari Kompas.com pada Rabu (26/7/2023).
Asep berharap masyarakat mau menggunakan transportasi publik untuk berkegiatan.
“(Setidaknya) 70 persen pencetus kualitas udara buruk di Jakarta itu adalah dari transportasi, sehingga kalau ingin memperbaiki kualitas udara maka kurangilah mobilitas menggunakan mobil pribadi,” kata Asep.
“Pastinya gunakan bahan bakar yang ramah lingkungan,” tambahnya. Tak hanya itu, kualitas udara di Jakarta kian memburuk lantaran mulai memasuki musim kemarau.
"Ya karena memang hujan berkurang kemudian aktivitas masyarakat bertambah," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Kadis LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto, Minggu (16/7/2023).
Selain itu, aktivitas pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Jakarta juga turut mempengaruhi kualitas udara.
“Pembangunan Jakarta biasanya tengah tahun hingga akhir sedang tinggi-tingginya, sehingga pembangunan konstruksi pun sangat berpengaruh terhadap kualitas udara,” ujar Asep.
Dia mengimbau agar masyarakat tetap memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan. Selain itu, Asep mengimbau agar masyarakat Ibu Kota menggunakan transportasi umum demi menjaga kualitas udara yang kurang baik saat musim kemarau.
Laporan reporter Miftahul Munir | Sumber: Warta Kota