News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polusi Udara di Jakarta

Dinas Lingkungan Hidup DKI Klaim Sektor Transportasi Sumber Utama Polusi Udara di Jakarta

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kendaraan water canon Brimob Polda Metro Jaya menyemprotkan air di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (23/8/2023). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Polda Metro Jaya melakukan penyemprotan air di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman hingga Medan Merdeka Barat, Jakarta, sebagai upaya mengurangi polusi udara dan mengatasi cuaca panas di Ibu Kota. Warta Kota/Yulianto

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta belakangan ini.

Pihaknya sudah melakukan kajian terkait sumber polusi udara dengan mengacu pada parameternya. "Parameter yang berkontribusi dalam menurunnya kualitas udara Jakarta ada 7 parameter," kata Asep dalam konferensi pers virtual di FMB9ID_IKP, Selasa (22/8/2023).

Di antaranya SO2 (sulfur dioksida) yang bersumber utama dari industri yaitu 61,96 persen.

"Kemudian kalau yang nitrogen dioksida (NO2) , Karbon monoksida (CO), PM 10, PM 2,5 kemudian black carbon mayoritas dari transportasi," lanjutnya.

Dia menyebutkan, untuk PM 2,5 saja mencapai 67,04 persen dan itu disumberkan dari transportasi. "Sektor transportasi di Provinsi DKI Jakarta memang menjadi penyumbang terbesar kondisi polusi udara di Jakarta saat ini," Asep menambahkan.

Terkait pengendalian kualitas udara, Asep menyatakan Pemprov DKI Jakarta telah memiliki beberapa regulasi. "Salah satunya Intruksi Gubernur No. 66 tahun 2019, tentang pengendalian kualitas udara, di dalamnya terdapat 7 aksi yang dilakukan pemerintah provinsi," ujarnya.

"Kami akui memang kondisi udara di Jakarta memang sedang tidak baik-baik saja," ungkapnya.

Baca juga: Musim Kemarau Jadi Kendala Modifikasi Cuaca untuk Atasi Polusi Udara

Rata-rata konsentrasi bulanan partikulat meter (PM) 2,5 tertinggi terjadi di bulan Juli selama 2023 ini. "Kami mengukur baru sampai bulan juli trakhir kemarin 48,72 mikrogram. Dan terendah Februari karena baru selesai musim hujan 16,98 mikrogram," katanya lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini