News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gang Royal 'GP' Riwayatmu Kini, Eks Pelanggan Ungkap Kenangan Lokalisasi 'Ramah Kantong' Itu

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

39 wanita pekerja seks komersial (PSK) Gang Royal, Jakarta Utara diamankan jajaran Polsek Tambora di sebuah indekos di Tambora, Jakarta Barat yang diduga menjadi tempat penampungan PSK. (Foto: Dokumen Polsek Tambora).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah eksis sejak tahun 1960-an lokalisasi Gang Royal di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara akhirnya ditertibkan oleh Pemprov DKI Jakarta pada Rabu (20/9/2023) kemarin.

Kini di lokasi tersebut tak akan ada lagi warung remang-remang yang disebut-sebut sebagai lokalisasi yang 'ramah kantong''.

Untuk diketahui, lokalisasi Gang Royal ini diperkirakan mulai bergeliat sejak 60-an tahun yang lalu.

Baca juga: Emak-emak di Jambi Resah Karena Diteror Usai Viral Gerebek Basecamp Narkoba di Eks Lokalisasi

Bagi para pria hidung belang, lokasi esek-esek ini menjadi salah satu alternatif karena harganya yang murah.

Barry (bukan nama sebenarnya), mengaku sudah lima kali mengunjungi gang sempit di Jalan Rawa Bebek itu sejak 2021 silam.

Saat pertama kali mengunjungi Gang Royal, pria 26 tahun ini masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Ia pun mengaku mengenal Gang Royal dari seniornya di kampus.

Suatu malam di tahun 2021 usai pesta miras, sang senior mengajak Barry untuk mencari wanita penghibur guna memuaskan nafsu birahinya yang sudah memuncak.

Barry awalnya mengaku tak tahu-menahu soal Gang Royal, kala itu sang senior hanya mengajaknya mengunjungi suatu tempat yang disebut ‘Royal GP’.

Belakangan, Barry baru mengetahui bawah ‘Royal GP’ itu merupakan sebutan untuk prostitusi Gang Royal yang berada di Jalan Gedong Panjang (GP), Penjaringan, Jakarta Utara.

“Awalnya ke sana diajak doang, nyebutnya waktu itu Royal GP, eh ternyata ketagihan. Kalau dihitung-hitung sepertinya sudah lima kali ke sana, atau mungkin lebih, sudah lupa,” ujarnya saat diwawancarai TribunJakarta.com, Sabtu (23/9/2023).

Ia pun mengaku terpana saat pertama kali mengunjungi Gang Royal itu.

Saat itu, ia hanya mengikuti seniornya yang mendatangi salah satu kafe remang-remang yang lokasinya berada di dalam sebuah gang sempit.

Baca juga: Cerita Penutupan Lokalisasi Dolly, Mensos Risma: Banyak Kenakalan Remaja Saat Itu

Sejak saat itu, kafe yang enggan disebut namanya menjadi langganan Barry.

“Memang kafe-kafenya semua di dalam gang itu. Nah, cewek-ceweknya ini berjejer nunggu di depan kafe,” tuturnya.

Setibanya di kafe itu, Barry dan seniornya itu langsung dihampiri oleh seorang mucikari.

Mucikari itu lantas mempersilakan keduanya untuk memilih PSK.

Barry pun terpana saat melihat paras cantik para PSK yang disuguhkan itu.

“Hitungannya murah, tapi cewek-ceweknya bagus,” tuturnya.

“Rp 150 ribu untuk satu kali main sama orang lama, kalau ada anak baru Rp 200 ribu,” katanya lagi.

Ia menyebut, para wanita tuna susila yang dijajakan di ratusan kafe ramang-remang Gang Royal beragam rupa.

Mayoritas mereka terlihat masih muda dan berasal dari Jawa Barat.

Bahkan, Barry mengaku sempat memesan salah satu PSK yang ternyata merupakan anggota geng motor dari Bandung.

“Pernah main sama yang dari Bandung. Dia ada tato XTC (geng motor Bandung) di dadanya,” tuturnya.

Meski PSK yang dijajakan beragam dan tingkat kriminalitas di kawasan itu tinggi, Barry mengaku tak punya pengalaman buruk.

“Pokoknya ini prostitusi ramah kantong, kamarnya juga nyaman kalau di kafe yang saya kunjungi. Enggak bau, enggak kotor,” kata dia.

Tak Ada Relokasi

Ratusan petugas gabungan dari unsur Satpol PP, TNI-Polri, hingga unsur terkait lainnya diterjunkan untuk meratakan ratusan kafe remang-remang yang berdiri di lahan milik PT Kereta Api Indonesia itu.

Kepala Satpol PP DKI Arifin menegaskan, penertiban dilakukan tanpa adanya relokasi.

Selain dikenal sebagai sarang prostitusi, Gang Royal selama ini juga identik dengan tempat dengan tingkat kriminalitas yang cukup tinggi.

“Kami tidak menyiapkan relokasi, karena bangunan merupakan tempat usaha berupa kafe yang menyediakan penghibur,” ucapnya dalam keterangan tertulis.

“Kawasan itu juga masuk dalam kategori wilayah dengan angka kriminalitas tinggi,” sambungnya.

Anak buah Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono ini pun menegaskan tak akan membiarkan kafe remang-remang itu kembali berdiri.

Sejumlah petugas Satpol PP nantinya bakal disiagakan di sekitar lokasi tersebut.

“Lokasi ini akan tetap kami jaga. Kami tidak akan membiarkan kembali adanya bangunan liar,” ujarnya.

Bakal Disulap Jadi RTH

Barry mengaku tak kaget bila Pemprov DKI akhirnya menutup lokalisasi Gang Royal.

Deretan kafe yang dulu jadi saksi bisu perjalanan hidup Barry kini tinggal kenangan.

“Ya mau bagaimana lagi, mungkin itu sudah yang terbaik,” ucapnya.

Menurut rencana, lahan yang tadinya berdiri deretan kafe remang-remang Gang Royal bakal disulap jadi ruag terbuka hijau (RTH).

Pemprov DKI pun mengaku sudah berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menghijaukan kembali kawasan itu. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Akhir Kisah Lokalisasi Gang Royal, Prostitusi Ramah Kantong yang Eksis Sejak Tahun 60-an,

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini