TRIBUNNEWS.COM - Memelihara sebuah festival teater bukanlah hal mudah. Jakarta adalah kota yang keras dan kompetitif. Dibutuhkan stamina kuat untuk itu.
Subsistensi perteateran Jakarta yang dibaca sebagai cara hidup yang cenderung minimalis menjadi daya hidup yang tak sekadar resiliensi (daya tahan) atas segala bencana, namun semangat yang muncul dari dalam diri pegiat teater sebagai daya tahan hidup panjang.
Daya tahan yang diarusbawahi oleh harapan pengembangan imajinasi sebagai daya kreatif untuk (terus) berkarya. Melalui tema Homo Theatricus: Kota, Subsistensi, dan Imajinasi premis yang ditawarkan menjadi pembacaan atas manusia teater di tengah kota keras (Jakarta) yang dapat mempertahankan daya hidupnya untuk terus mengembangkan imajinasi kreativitasnya.
Festival Teater Jakarta (FTJ), sebagai platform pembinaan berbentuk kompetisi seni teater telah mengukir jejak perjalanan kreatifnya sejak 1973. Awalnya dikenal sebagai Festival Teater Remaja Jakarta (FTRJ), FTJ lahir dari inisiatif Bapak Wahyu Sihombing (Alm.), yang saat itu adalah anggota Komite Teater – Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
FTJ sebagai lomba berjenjang menjadi bagian dari inisiatif DKJ untuk memperkaya dunia seni pertunjukan di Jakarta. Penjenjangan lomba dimulai dari perhelatan FTJ babak penyisihan di tingkat lima wilayah kota administrasi kemudian pemenangnya tampil pada FTJ babak final DKI Jakarta.
FTJ bertujuan untuk membina dan mengembangkan kelompok-kelompok teater di Jakarta. Saat itu, kelompok-kelompok teater yang dianggap profesional masih langka, dan kehadiran FTJ menjadi landasan bagi pertunjukan teater berkualitas di Taman Ismail Marzuki (TIM), pusat kebudayaan yang telah berdiri sejak tahun 1968.
Memasuki usia ke-50 pada 2023 ini, helatan FTJ pada setiap tahun penyelenggarannya bukanlah sebuah perjalanan mulus tanpa halang rintang.
Selain mengalami fluktuasi kuantitas kepesertaan, pun pasang surut kualitas penampilan kelompok peserta, sampai kepada persoalan sistem dan mekanisme penyelenggaraannya. FTJ pernah “terbuang” dari lingkungan TIM dan digelar dari gelanggang ke gelanggang remaja di lima wilayah kota administrasi DKI Jakarta (1991 – 2005).
Sejak 2006, setelah pedoman penyelenggaran diperbaharui, FTJ balik ke pangkuan induk semangnya, DKJ. Helatan babak finalnya kembali dilaksanakan di lingkungan TIM.
Pasca kembali ke lingkungan TIM dan dikelola oleh Komite Teater DKJ inilah semangat perteateran di Jakarta seperti mendapatkan atmosfer second wind hingga penyelenggarannya pada 2023 ini.
Pada dua tahun penyelenggaraan FTJ (2022 – 2023) platform FTJ melalui jalur pembinaan dan pengembangan mulai dipertegas pada pedoman penyelenggaraannya.
Melalui dua pendekatan platform FTJ 50th, pada lajur pembinaan mengawali rangkaian kegiatannya dengan Workshop Kritik Teater yang diselenggarakan pada 27 dan 28 Agustus 2023, bertempat di ruang rapat Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Cikini, Jakarta Pusat.
Pelatihan ini dibimbing oleh dua penulis senior, Benny Yohanes (Bandung) dan Bambang Bujono (Jakarta). Setelah menyeleksi 46 calon peserta yang mendaftar melalui open call media sosial, ditetapkan 25 peserta yang dianggap memenuhi kriteria untuk mengikuti kelas Workshop Menulis Kritik Teater.
Latar belakang para peserta beragam, mulai dari pegiat teater, wartawan seni pertunjukan, dosen seni pertunjukan, mahasiswa, dan penulis lepas.
Para peserta workshop, selain mendapat bimbingan langsung oleh kedua instruktur, mereka mendapat tugas untuk menyaksikan dan menulis kritiknya atas pentas-pentas teater di sepanjang rangkaian FTJ 2023, baik di helatan FTJ Babak Penyisihan, pentas teater di FTJ Babak Final, dan pentas teater di puncak acara FTJ 50th (Lebaran Teater).
Pada kegiatan FTJ Babak Final akan kita saksikan penampilan 15 kelompok teater peserta terbaik dari lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta. FTJ Lomba yang akan menampilkan dua pentas peserta pada setiap harinya akan berlangsung mulai 23 sampai 30 Oktober 2023.
Selama penyelenggaraan FTJ Lomba akan menggunakan tiga venue pentas: Teater Kecil dan Teater Arena Wahyu Sihombing – TIM, serta Teater Luwes – IKJ.
Puncak Malam Anugerah FTJ lomba akan digelar pada 1 November 2023 di Teater Besar – TIM. Berbarengan dengan helatan FTJ Babak Final 2023 ini juga akan digelar beberapa acara dari rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional (PKN).
Selain menyandarkan tumpuan pada platform pembinaan melalui mekanisme lomba dengan kriteria penilaiannya, FTJ 50th juga menerapkan pendekatan pengembangan lewat koridor kurasi.
Tujuan kuratorialnya, untuk membuka lahan bagi prinsip keberlanjutan dan daya hidup perteateran di Jakarta dan luar Jakarta; membaca pencapaian estetika dan jelajah artistik; dan pendekatan dramaturgi yang menawarkan kebaruan.
Pada harapan lain, terbukanya ruang dialog bagi segenap pegiat, pemangku kepentingan, dan komponen sosial dari tatanan manusia kota. Pertemuan yang memberi ruang apresiasi sekaligus berbagi pengetahuan: pengalaman dan referensial ini, diberi tajuk Lebaran Teater.
Lebaran Teater yang akan dimulai pada 20 sampai 29 November 2023 akan tampil ragam kelompok teater dari kanal perteateran yang ada di Jakarta dan Indonesia.
Selain tiga kelompok pemenang terbaik FTJ lomba, ada juga penampilan dua kelompok kurasi dalam kota yang menggunakan pendekatan Site-specific Theater di TPU Bantar Gebang dan Warung Tegal (Warteg) di Tebet, Jakarta Selatan.
Yang tak kalah menarik, dalam Lebaran Teater kita akan menyaksikan penampilan saudara-saudara kita dari kelompok difabel juga grup teater terbaik dari pemenang Festival Teater Kampus. Pentas lainnya, ada tiga kelompok teater luar kota hasil kurasi, dan satu kelompok teater dari luar negeri (Portugal).
Di antara pentas Lebaran Teater, akan ada Diskusi Teater yang mendedah perkembangan teater pelajar. Selain yang perfom Site-Specific Theater, semua rangkaian acara Lebaran Teater akan dilaksanakan di venue-venue TIM.
50th dengan seluruh rangkaian kegiatannya tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan disupervisi Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.
Acara ini juga disponsori oleh Djarum Foundation, Pekan Kebudayaan Nasional, dan Kemendikbud serta didukung Institut Kesenian Jakarta, Jakpro dan TIM.