TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sumatera Barat adalah sebuah Propinsi yang terletak di Pulau Sumatera dengan ibu kota Padang.
Ia dibagi dalam tiga kultur geografi, Pesisir, daerah Pantai Barat, dan Minangkabau yang identik dengan kebudayaan. Para wanitanya mengenakan tengkuluk sebagai pelengkap busana untuk menutup bagian kepala mereka.Minangkabau terletak di Pegunungan Bukit Barisan yang dibagi dalam tiga Luhak atau Kabupaten.
Tanah Datar, yang merupakan luhak tertua dan pusat kebudayaan Minangkabau. Luhak Agam, dan yang termuda, Luhak 50 Koto. Terakhir Rantau, Riau sampai ke Negeri Sembilan, Malaysia. Minangkabau dimaknakan sebagai negeri adat.
Hidup Dalam Peristiwa Berprilaku Melalui Adat Istiadatnya
Dalam ajaran berprilaku masyarakat Minangkabau, di mana mereka hidup dalam peristiwa berprilaku melalui adat istiadatnya, mereka menganut sistim adat ‘tak lekang oleh panas dan tak laput oleh hujan’, yaitu masyarakat yang tetap baru, dan tetap terpakai. Patah tumbuh hilang berganti.
Adat yang berjalan sepanjang zaman. Sebagai negeri adat, Minangkabau tidak memiliki konsep kenegaraan, tetapi lebih pada konsep kemasyarakatan melalui upacara-upacara tradisional yang sangat kuat. Salah satunya adalah tradisi dan tata cara makan budaya Minang, Makan Bajamba.
Makan Bajamba Merupakan Warisan Leluhur
Makan Bajamba atau Makan Barapak merupakan warisan leluhur yang adalah bagian dari suatu tradisi yang menjadi petanda jati diri dan karakter dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minang karena mengandung norma, aturan, nilai-nilai, hukum yang menjadi sistim dalam masyarakat.
Makan Bajamba adalah makan bersama dengan komunitas yang diadakan untuk melengkapi seluruh acara adat di Minangkabau, diantaranya Batagak Penghulu, Malam Ba’inai, pernikahan.
Tujuan Makan Bajamba adalah memupuk tali silaturahmi dan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat status, menyetarakan derajat, yang dalam petatah petitih Minangkabau diungkapkan, 'Duduak samo randah, Tagak samo tinggi'. Makan Bajamba ini dilakukan di suatu ruangan besar terbuka dan di atas lapiak (tikar) sambil lesehan, piring-piring dan lauk pauknya di susun di sebuah jamba atau dulang.
Setelah piring yang berisikan berbagai macam lauk pauk di dalam dulang tersusun dengan bentuk yang mengerucut ke atas, maka setelah itu dulang ditutup dengan tudung saji yang terbuat dari anyaman daun enau, lalu di atasnya diditutupi dengan dalamak, kain bersulam benang emas, kain khas Minangkabau.
Disebut Jamba
Setelah ditutup dengan kain inilah maka ia disebut Jamba. Jamba kemudian disusun dari ujung ruangan sampai ke ujung ruangan lagi. Semua yang ikut di Makan Bajamba ini duduk berjejer dari ujung ke ujung ruangan menikmati sajian yang ada di depan mereka bersamasama.
Pada saat makan meski semua orang sama-sama duduk lesehan, ada sedikit perbedaan dalam tata cara duduk antara laki-laki dan perempuan, laki-laki duduk baselo (bersila) sedangkan perempuan duduk basimpuah (bersimpuh). Makan Bajamba biasanya disanatap bersama-sama dengan 4 orang.
Silaturahmi Tak Hanya Terbentuk Saat Menyantap Hidangan
Ketua acara Makan Bajamba, Shinta Oemar mengatakan tali silaturahmi tidak hanya terbentuk pada saat menyantap hidangan secara bersamasama semata, tetapi silaturahmi telah terjalin sejak pemilihan bahan, proses memasak dan berbagai persiapan lainnya.
"Bumbu-bumbu yang diperlukan biasanya diambil dari ladang dan kebun rumah mereka masing-masing secara bergotong royong. Setelah bumbu disiapkan, pada umumnya kaum laki-laki yang memasak. Setiap daerah memiliki ciri khas hidangan daerahnya. Biasanya, hidangan yang disajikan itu di antaranya rendang, cancang dagiang, gulai sayur nangka atau rebung yang dimasak dengan rempah-rempah. Selain itu, ada beras pulut, pinyaram, kalami, dan sejumlah makanan khas lainnya sesuai dengan kebudayaan di nagarinya masing-masing,” ungkap Shinta Oemar.
Ungkapan Syukur Atas Kekayaan Dan Kesuburan Tanahnya
Ragam hidangan dalam kehidupan orang Minangkabau dijelaskan Shinta Oemar adalah ungkapan syukur atas kekayaan dan kesuburan tanahnya.