TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tawuran dua kelompok remaja bersenjata tajam di Jalan Raya Bogor, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur pada Minggu (28/1/2024) lalu makan korban.
Seorang anak remaja putus tangannya akibat tawuran itu.
Dari rekaman video, tampak para pelaku saling serang menggunakan celurit, parang, hingga katana di bawah Flyover Pasar Rebo.
Bahkan ketika salah satu dari kelompok lawan terjatuh, segerombolan remaja itu secara membabibuta menyerang korban menggunakan senjata tajam hingga luka berat.
Pengeroyokan baru berhenti saat sejumlah pelaku lain merelai kejadian.
Pergelangan tangan korban, putus terkena luka bacok senjata tajam.
Baca juga: Tawuran Pecah di Flyover Pasar Rebo Jakarta Timur, Tangan Seorang Pelajar Putus
1. Kesaksian Orang Tua Pelaku
Orang tua salah satu pelaku, YA (50), memberikan kesaksiannya ketika pertama kali mengetahui kejadian tersebut.
YA diketahui merupakan orang tua dari salah satu pelaku berinisial PA (15) yang saat ini masih diperiksa.
Saat itu, YA sedang tertidur di bawah jalan layang.
Dirinya tiba-tiba terbangun usai mendengar ada teriakan.
"Tangannya putus, ada tangan yang putus," katanya menirukan suara itu.
Ia langsung mencari anaknya setelah mendengar kegaduhan itu, tetapi tidak ditemukan.
"Saya baru bertemu ketika sudah ditangkap polisi," tambahnya.
Kini, YA menyerahkan kasus tawuran yang melibatkan anaknya kepada polisi.
Ia menerima apapun sanksi yang diterima anaknya.
"Biarkan peristiwa ini menjadi pelajaran buat anak saya," katanya.
Tawuran ini terjadi tak hanya sekali saja. Sudah beberapa kali terjadi.
2. Penggerak Tawuran Diburu Polisi
Polisi menangkap para pelaku tawuran bersenjata tajam tersebut berinisial AM (17), AP (16), RA (15) dan PA (15).
Penggerak tawuran berinisial FAA (16) masih dalam pengejaran.
Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly menyebut motif di balik tawuran bermula dari saling ejek.
Sementara senjata tajam mereka peroleh dari pasar daring sekitar Rp 300 ribu. Salah satunya celurit sepanjang 1,2 meter.
Karena pelaku dan korban semua berada di bawah umur, mereka harus mengikuti proses peradilan anak.
Mereka dititipkan di Sentra Handayani Bambu Apus, Jakarta Timur, sembari menunggu proses hukum yang sedang berjalan.
3. Menyesal
DSS (usia 18 tahun) korban tawuran yang tangannya putus itu kini menyesal ikut tawuran.
Pasalnya, DSS dalam waktu dekat ini disebut bakal menjalani tes masuk Akademi Kepolisian (Akpol).
DSS hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi.
"Korban sudah sadar. Sudah bisa ngomong, 'maafin aku ya, Ma. Masa depanku hancur'," kata Deden (47), tetangga korban saat ditemui di kediamannya di Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/1/2024) malam.
4. Anak Polisi
DSS rupanya ingin mengikuti jejak kedua orangtuanya.
Menurut Deden, kedua orangtuan DSS merupakan perwira polisi.
"Ibunya berpangkat AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi), bapaknya AKBP juga," ucap Deden.
Meski sama-sama bekerja di instansi kepolisian, orangtua DSS bertugas di divisi yang berbeda.
Sampai saat ini, ayah dan ibu korban masih berstatus sebagai anggota polisi aktif.
Namun, Deden tidak mengetahui apakah keduanya masih bekerja sejak DSS menjadi korban tawuran atau tidak.
Ia hanya mengetahui, kediaman korban kosong sejak Minggu (28/1/2024) pagi.
"Keluarga korban masih di RS Polri. Di rumahnya enggak ada orang. Sampai sekarang belum ada keluarganya yang pulang," tutur dia.
5. Dikenal sopan dan suka futsal
Deden menuturkan, DSS dikenal di lingkungan rumahnya sebagai sosok yang sopan dan pendiam untuk anak seusianya.
Menurut Deden, DSS terkadang baru kembali ke rumah sekitar pukul 01.00 WIB. Namun, hal tersebut cukup jarang terjadi.
Setiap kali bertemu dengan Deden, korban selalu menyapanya.
Hal serupa dikatakan oleh Riki (17), bukan nama sebenarnya, yang merupakan teman kecil korban.
"Anaknya pendiam dan enggak banyak tingkah, enggak tengil kalau pakai bahasa gaulnya," ujar Riki yang merupakan anak Deden dikutip dari Kompas.com.
Namun, Riki tidak tahu bagaimana tabiat DSS di luar lingkungan mereka. Deden melanjutkan, korban juga suka bermain futsal sebagai penjaga gawang.
DSS juga bertubuh tinggi dan besar sehingga memudahkannya menjaga gawang.
6. Operasi penyambungan tangan
DSS telah menjalani operasi penyambungan tangan. Operasi dilakukan untuk kedua tangannya yang ikut ditebas pelaku tawuran lainnya.
Kini, DSS masih dirawat di Rumah Sakit Polri Kramatjati. Berdasarkan keterangan Deden, DSS sudah sadar usai dibius untuk operasi penyambungan tangan.
Deden sudah menyambangi RS Polri Kramatjati, tempat DSS dirawat, Selasa (30/1/2024) malam. Namun, ia belum berani menemui korban secara langsung.
Deden masih mengkhawatirkan kondisi DSS yang sudah dikenalnya sejak lama. Deden merasa belum siap untuk menemui DSS dengan kondisinya saat ini.
Meski begitu, ia menyempatkan diri untuk mengobrol dengan keluarga korban. Berdasarkan keterangan mereka, alat bantu pernapasan yang sebelumnya dipakai DSS akan dilepas.
"Diajak ngobrol baru sekarang nyambung, kemarin-kemarin belum," ucap dia.
Sumber: Tribun Jakarta/Kompas.com