Namun uang tersebut, menurutnya, hanya diterima pribadi sebesar Rp 5 ribu.
Sementara Rp 5 ribunya dikelola untuk warga setempat, baik itu untuk perawatan mesin, beban listrik dan lain sebagainya.
"Itu sudah berjalan 4 tahun lebih yang selisihnya antara Rp 2 sampai 2,5 juta setiap bulannya dan saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ungkapnya.
Baca juga: Viral Pekalongan Dilanda Banjir Bandang akibat Tanggul Proyek Pabrik Jebol, Ibu dan Anak Meninggal
- Sudah Tak Sanggup Bayar Listrik Sumur Bor Lagi
Lebih lanjut, Sumedi menyatakan, ia sudah tidak sanggup membayar beban listrik sumur bor yang selama ini ditanggungnya selama 4 tahun.
Diakui Madasik, dirinya juga telah mengundang tokoh masyarakat setempat.
Hal itu dilakukan untuk bersama-sama mencari solusi, agar biaya listrik dan perawatan mesin ditanggung warga.
Sehingga Madasik menawarkan agar biaya pengambilan air dari salurannya dinaikan dari sebelumnya Rp 10 ribu perkubikasi.
"Saya berharap naik, supaya bisa menutupi kebutuhan biaya listriknya, ternyata sampai detik ini belum ada solusi," ungkapnya.
Madasik menegaskan, sampai saat ini, dirinya tidak memutus sambungan air.
Adapun penyetopan hanya dilakukan sementara sampai ada solusi terbaik dan diketahui oleh tokoh masyarakat setempat.
- Penuturan Warga Setempat
Satriah, warga setempat mengaku pasrah ketika pemilik menyetop aliran air bersih dari sumur bor.
Apalagi sumur bor itu milik pribadi, bukan pemerintah.
"Sekarang kita susah ngambil air. Harapannya dari pemerintah ada perhatiannya untuk kita, kalau bisa dibuatkan sumur bor biar kita tidak kesulitan air lagi," ujarnya.
Sementara itu, Ketua RT 003 Link Cisuru, Muhammad Yusuf, menyampaikan warganya hampir setiap hari mengalami kesulitan air sejak ditutupnya saluran air bersih per 18 Februari 2024 lalu.