Bagi pria yang berusia 55 tahun pada Desember ini, sejak tahun 2011 ia sudah bertugas jadi kepala kantor dan jauh dari keluarga.
Mulai dari Ternate, Kendari, Jakarta, Lampung, Banjarmasin, Sorong, Balik Papan, Batam menjadi tempat-tempat yang pernah ditempatinya.
Selama bertugas, ia dan keluarga memiliki komitmen bahwa ia akan menjalani tugas dan keluarga akan tetap menetap di Ternate.
Sekadar melepas rindu dan saling silaturahmi, pria kelahiran Jailolo, Maluku Utara tahun 1969 ini pun memanfaatkan telepon genggam untuk bertegur sapa dengan keluarga di momen spesial Idul Fitri nanti.
"Saya sih sebetulnya berusaha, jika kondisi di sini tidak membeludak, maka saya bisa ambil satu hari untuk bertemu keluarga dan langsung kembali kesini. Lalu sesudah arus balik usai, baru bisa mengambil cuti beberapa hari," katanya.
Ke Ternate sendiri dapat ditempuh dengan perjalanan udara dengan waktu kurang lebih tiga jam.
Menurutnya, satu hari pun dilewati bersama dengan keluarga sangatlah bermakna. Apalagi ada sosok ibu yang paling ia rindukan.
"Rindu masakan ibu juga ya. Ada lontong, opor juga," ucapnya.
Berbicara soal karier, Tahun 1997, usai lulus dari universitas Pattimura, Ambon dengan jurusan Teknik, M Takwim mengikuti tes dan masuk ke dinas perhubungan.
Kala itu ia ditempatkan di kanwil (kantor wilayah) dan sesudah otonomi daerah, ia masuk ke perhubungan laut.
Saat itu pulalah ia memahami tupoksi dan konsekuensi tugasnya.
"Saya jujur saja, sejak kecil saya memang bercita-cita bahwa suatu saat saya akan menjadi orang yang bisa memutuskan keberangkatan suatu kapal. Menjadi orang yang punya otoritas memberangkatkan kapal," ujarnya.
Cita-cita tersebut muncul karena ia tinggal di sebuah Kecamatan Jailolo yang membutuhkan moda transportasi laut untuk menyeberang ke Ternate.
Kala itu, kapal yang memberikan layanan adalah kapal kayu dengan lama perjalanan berkisar 2 hingga hingga 2,5 jam.