Kuasa hukum keluarga korban, Tumbur Aritonang mengatakan keluarga melihat bekas luka pada jenazah korban secara kasat mata.
"Ada (luka). Jadi kami tadi ngobrol sama tante korban ditunjukin juga tadi ada video memang ada luka luka memar, lebam. Cuma itu harus dipastikan ya penyebabnya," kata Tumbur kepada wartawan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (4/5/2024).
"Kalau secara kasat mata memang ada luka lebam di sini. Di tangan, di perut hampir sekujur tubuh lah. Cuma itu penyebabnya apa saya belum bisa pastikan gitu," sambungnya.
Karena itu, ibu korban telah mendatangi Polres Metro Jakarta Utara untuk berkoordinasi terkait upaya autopsi terhadap jasad korban.
"Tadi saya dapat informasi (mulai otopsi) jam 9 selesai mungkin jam 3 kali ya, jam 3 atau jam 2," ucapnya.
Baca juga: Sosok Putu Satria, Mahasiswa STIP Diduga Meninggal Dianiaya Senior, Anak Pertama dari 3 Bersaudara
Terekam CCTV
Kapolres Metro Jakarta Utara, Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan, mengatakan korban sempat dibopong dari toilet ke klinik kampus.
Kejadian itu pun terekam jelas oleh kamera CCTV.
"(Di klinik) nadinya sudah berhenti dan mungkin tanda-tanda hilangnya nyawa," ujar Gidion di lokasi kejadian, Jumat (3/5/2024).
Pihak kepolisian telah mengamankan rekaman CCTV untuk dijadikan barang bukti tewasnya P.
Gidion berujar rekaman CCTV tersebut sudah dapat menjadi bukti kuat dugaan perpeloncoan di STIP.
"Saya rasa CCTV cukup clear untuk menceritakan rangkaian peristiwa itu, karena kegiatan ada di kamar mandi."
"Ini kegiatan yang memang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga, ini kegiatan perorangan mereka. Jadi, tidak dilakukan secara terstruktur ataupun kurikulum," papar Gindion.
Gidion menyebut korban diduga mengalami kekerasan dari sejumlah senior di tingkat 2.
Akibat kekerasan tersebut, korban mengalami luka lebam di dekat ulu hati.
Baca juga: Detik-detik Taruna STIP usai Dihajar Para Senior di Toilet Terekam CCTV, Ada Luka Lebam di Ulu Hati