News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Para Pemuda Calon Pemimpin Mesti Diajarkan Optimisme demi Terwujudnya Visi Indonesia Emas 2045

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Founder ESQ Group, Ary Ginanjar Agustian mengatakan, bangsa Indonesia membutuhkan sosok pemuda yang tepat dan memiliki semangat membangun negeri

"Target saya 50 persen hafiz Quran tetapi mereka bisa kerja di Google, mereka bisa kerja di perusahaan-perusahaan internasional, mereka bisa bicara dengan dunia modern, tapi mereka tetap cinta Allah dan cinta Nabi Muhammad di atas segala cinta," terang Ary.

Ary Ginanjar Agustian berfoto bersama seusai memberikan motivational speech pada Wisudawan ESQ Business School ke-8 dan Penyambutan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2024/2025 Universitas Ary Ginanjar (UAG), di Ruang Granada Menara 165, Jakarta, Sabtu (7/9/2024)   (istimewa)

Menurutnya ini adalah bukti bahwa pihaknya ingin memadukan orang-orang yang berhati seperti Amirsyah Tambunan yaitu spiritual dan intelektualnya seperti salah satu penggagas ESQ Business School yaitu Surna Tjahja Djajadiningrat atau biasa disapa Prof Naya dari ITB.

"Jadi kami ingin mengawinkan intelektual tinggi dan juga kecerdasan spiritual tinggi tetapi ramah dan santun kecerdasan emosional tinggi. Maka inilah persembahan untuk Indonesia Emas tahun 2045 para wisudawan generasi emas yang sebenarnya konsep mereka ini saya tulis di buku ESQ 25 tahun yang lalu," jelasnya.

"Selama 25 tahun saya mencoba mengajarkan ilmu ini, salah satu kader-kadernya di sini banyak sekali yang di depan ini adalah alumni-alumni ESQ. Jadi selama seperempat abad Alhamdulillah sudah ada 2 juta alumni ESQ tapi setelah saya cek, 30 persen sudah meninggal," sambung Ary.

Karena itulah pihaknya terus mencari calon mahasiswa dari berbagai daerah untuk dididik di Universitas UAG dengan bantuan beasiswa dari para donatur untuk membiayai mahasiswa-mahasiswa yang tidak mampu.

"Angka kemiskinan itu luar biasa sangat tinggi dan jumlah sarjana itu rendah sekali dan sebagian tidak bisa kuliah, padahal diantara mereka anak-anak yang pandai, anak-anak yang potensial. Ada yang sambil bekerja di pom bensin, orang tuanya tidak mampu dan seterusnya. Anak-anak itu kita ambil dan kita biayai bersama dengan yayasan," kata Ary.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini