TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dugaan gangguan jiwa yang dialami oleh Aipda Nikson Pangaribuan (41) kian menguat setelah ditemukan dua jenis obat.
Setelah aksi pembunuhan keji oleh Aipda Nikson kepada ibunya Herlina Sianipar (61), di lokasi kejadian ditemukan adanya obat-obatan seperti soroquin dan divalproex.
Sebagai informasi, soroquin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi episode manik akut gangguan bipolar, skizofrenia, mencegah gangguan bipolar, fase depresi gangguan.
Sementara divalproex adalah obat yang digunakan untuk mengobati kejang akibat epilepsi serta digunakan mencegah migrain atau mengatasi episode manik dari gangguan bipolar.
Beberapa kerabat Aipda Nikson pun menduga bahwa ia mengalami gangguan jiwa.
Diketahui Aipda Nikson ini adalah seorang anggota polisi yang membunuh ibu kandungnya, Herlina Sianipar (61) di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Dengan entengnya, Aipd Nikson mendorong ibunya hingga jatuh tersungkur lalu menghamtam kepala ibunya dengan tabung gas melon ukuran 3 kilogram hingga tewas.
Jenazah korban kini sudah dimakamkan di TPU Cipenjo, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Ditemukan Obat Depresi dan Epilepsi
Kapolres Bogor, AKBP Rio Wahyu Anggoro buka suara terkait adanya dugaan gangguan jiwa yang dialami oleh Aipda Nikson Pangaribuan (41).
Diketahui Aipda Nikson ini adalah seorang anggota polisi yang membunuh ibu kandungnya, Herlina Sianipar (61) di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Di lokasi kejadian ditemukan adanya obat-obatan seperti soroquin dan divalproex.
Sebagai informasi, soroquin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi episode manik akut gangguan bipolar, skizofrenia, mencegah gangguan bipolar, fase depresi gangguan.
Sementara divalproex adalah obat yang digunakan untuk mengobati kejang akibat epilepsi serta digunakan mencegah migrain atau mengatasi episode manik dari gangguan bipolar.
Baca juga: Pak RT Bongkar Tabiat Aipda Nikson yang Hantam Ibunya Pakai Tabung Gas: Labil Seperti Orang Stres
Menjawab dugaan tersebut, Rio mengungkap tidak adanya temuan indikasi gangguan jiwa dari Aipda Nikson.
Meski demikian, Rio masih belum bisa mengungkap detail informasi lain terkait kondisi kesehatan Aipda Nikson ini.
Rio meminta semua pihak untuk bisa menuggu polisi untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang pembunuhan yang dilakukan Aipda Nikson.
Rio juga berjanji bahwa pihaknya akan memproses kasus pembunuhan ini dengan transparan.
"Kami tidak melihat itu (adanya gangguan jiwa)."
"Kami akan laksanakan dulu tugas, nanti selesaikan itu secara baik, dan kami akan proses ini secara transparan," kata Rio dilansir Kompas.com, Selasa (3/12/2024).
Keluarga Sebut Aipda Nikson Alami Gangguan Jiwa Sejak 3 Tahun Lalu
Rony Saud Pangaribuan (75), kakak ipar korban mengungkap apa yang keponakannya perbuat tersebut bukan keinginan dari dirinya.
Hal itu melainkan, perbuatan penyakit yang sering kumat setelah dinyatakan positif mengalami gangguan jiwa.
"Si Nikson itu adalah dinyatakan kemarin itu sudah beberapa bulan yang lalu, dia itu dinyatakan positif gangguan jiwa," kata Rony saat ditemui di depan ruko yang merupakan lokasi kejadian pembunuhan.
Aipda Nikson Sering Kumat dan Tak Rutin Minum Obat
Aipda Nikson disebut oleh adiknya tak rutin meminum obat selama masa perawatan dan rehabilitasi atas penyakitnya tersebut. Sehingga kerap kali penyakitnya itu kumat.
Rony bercerita Aipda Nikson pernah marah-marah tak terkendali sampai memukul ubin dan meja di rumahnya sekitar dua minggu yang lalu.
Penyakit gangguan kejiwaan yang diderita Aipda Nikson pun bukan menyerangnya baru- baru ini.
Keluarga pun mengetahui jika pelaku mengalami penyakit itu kurang lebih sudah sejak tiga tahun lalu.
Bahkan seingat Rony, keponakannya itu juga sempat dilakukan perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Soeharto Heerdjan atau yang lebih dikenal RSJ Grogol, Jakarta Barat selama beberapa bulan.
Setelahnya, kondisi Aipda Nikson disebut membaik hingga diperbolehkan pulang.
Namun, dia kembali dirawat di RS Polri Kramat Jati karena penyakitnya kambuh. Kendati demikian, Rony tak mengetahui secara pasti pemicu penyakit gangguan jiwa itu bisa menyerang Aipda Nikson.
"Sudah ada tiga tahun kali. Tiga tahun yang lalu. Direhab, sempat dibawa ke Grogol, Rumah Sakit Jiwa Grogol. Dan dokter (RS Polri Kramat Jati) itu, dari dokter itu yang tadi, kemarin menerangkan di Rumah Sakit Polri, si Nikson sudah pernah dirawat di rumah sakit Jiwa Grogol," ungkapnya.
Selain minum obat yang diabaikan, Rony mengungkap sejatinya Aipda Nikson harus menjalani konsultasi dan perawatan di rumah sakit pada 20 November 2024 lalu.
Namun, hal itu tidak dilakukan hingga akhirnya perilakunya tak terbendung.
Istri dan Anak Pilih Kabur ke Kampung Halaman
Roni mengungkapkan penyakit gangguan jiwa itu juga berdampak kepada keluarga kecil Aipda Nikson.
Istri dan anaknya yang masih berusia tujuh tahun pun akhirnya memilih pergi meninggalkannya kembali ke kampung halamannya di Ciamis, Jawa Barat.
Selain itu, Rony mengatakan adik kandungnya yang merupakan ayah dari Aipda Nikson pun berpulang kepangkuan Ilahi pada enam bulan yang lalu karena serangan jantung.
Dugaan keluarga, meninggal dunianya sang ayah ini juga karena terus-menerus menerima beban pikiran atas penyakit Aipda Nikson.
Padahal diakui Rony, Aipda Nikson merupakan anak yang paling disayang dibandingkan ketiga saudaranya yang lain.
"Ya, (ayahnya meninggal dunia karena serangan) jantung memikirkan anak ini juga," ucapnya.
Kondisi Terkini Rumah Aipda Nikson
Sebuah ruko dengan rolling door hijau di tepi Jalan Raya Narogong RT 2 RW 4, Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, jadi saksi bisu seorang polisi tega membunuh ibu kandungnya pada Senin (2/12/2024) dini hari.
Di ruko itu, Herlina Sianipar (61) tewas dibunuh anaknya yang seorang anggota Polres Metro Bekasi, Aipda Nikson Pangaribuan alias Ucok (45), dengan menggunakan tabung gas 3 kilogram.
Entah apa yang ada dipikirannya saat itu. Seperti orang yang gelap mata, Aipda Nikson tega memukul bagian kepala orang yang melahirkan dirinya itu dengan tabung gas tersebut sebanyak tiga kali.
Tribunnews mendatangi ruko yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) itu pada Selasa (3/12/2024) siang.
Adapun di samping rolling door ruko itu, terlihat ada sebuah jalan kecil yang di bagian depannya terpasang pintu besi dengan posisi tertutup di rumah yang seperti tak berpenghuni saat itu.
Terlihat pula di jalan kecil itu sebuah pintu yang merupakan akses masuk ke dalam ruko yang bergabung dengan rumah tinggal korban.
Namun, dari pantauan Tribunnews hingga siang tadi, tak ada garis polisi yang terpasang di bagian depan bangunan ruko yang menjadi saksi bisu kasus pembunuhan tersebut.
Di sela-sela pemantauan, Tribunnews bertemu dengan keluarga korban yang saat itu baru saja pulang menguburkan jasad Herlina di TPU Cipenjo, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Tribunnews juga berkesempatan untuk masuk ke bagian dalam rumah melalui jalan kecil tadi.
Dari pintu samping, rumah itu berbentuk letter L ke sebelah kiri yang disekat dengan pintu yang menuju bagian ruko. Di pintu tersebut baru terlibat ada garis polisi yang melintang. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunnewsBogor.com)