TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Administrasi Sekretariat Jenderal MPR RI Siti Fauziah, SE, MM, menyebutkan mahasiswa memiliki peran dalam konteks pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Fungsi dan peran mahasiswa menjadi hal yang sangat strategis bagi pembangunan bangsa dan negara.
"Peran mahasiswa menjadi hal yang sangat strategis bagi pembangunan bangsa dan negara karena semua yang hari ini masih menjadi mahasiswa 20 tahun ke depan adalah orang-orang yang akan menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia, orang-orang yang akan menjalankan roda pemerintahan di berbagai bidang," kata Siti Fauziah ketika membuka Sarasehan Kehumasan MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Kamis (23/6/2022).
Kegiatan Sarasehan Kehumasan MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan bertema "Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Nasional" merupakan kerjasama Setjen MPR RI dan UPI.
Tampak hadir Drs Maifrizal, MM Akt (Inspektur Setjen MPR RI), Dr. Agus Mulyana, M.Hum (Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI), Dr. Susan Fitriasari, M.Pd (Ketua Prodi Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI), Budi Muliawan, SH, MH (Kabag Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR RI), Prof Dr Cecep Darmawan (Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia).
Menurut Siti Fauziah, sejak sebelum kemerdekaan Indonesia, para pemuda dan mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa dan negara.
"Tahun 1928, para pemuda berkumpul untuk mengikrarkan apa yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda, tahun 1945 para pemuda juga mendorong agar kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, kemudian setelah kemerdekaan sejarah mencatat bagaimana peran mahasiswa pada tahun 1965 serta reformasi tahun 1998," paparnya.
Dalam menjalankan perannya, lanjut Siti Fauziah, mahasiswa memiliki fungsi sebagai penjaga nilai, sebagai penerus bangsa, sebagai penjaga moral, sebagai control social serta sebagai penggerak bagi masyarakat.
"Karena itu tema peran mahasiswa dalam pembangunan nasional dalam Sarasehan Kehumasan MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan ini menjadi penting," ujarnya.
Dalam kesempatan itu Siti Fauziah, yang akrab disapa Ibu Titi, menjelaskan kegiatan Sarasehan Kehumasan MPR yang bertajuk Menyapa Sahabat Kebangsaan merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal MPR RI bekerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia.
MPR Menyapa Sahabat Kebangsaan memiliki makna para mahasiswa adalah sahabat kebangsaan. Sahabat itu memiliki arti yang mendalam daripada teman.
"Sehingga kami berharap bahwa semua yang hadir menjadi sahabat kebangsaan dari MPR. Dengan mengenal lebih dekat, lebih mengetahui apa saja yang menjadi tugas dan wewenang Lembaga MPR, maka semua sahabat kebangsaan yang ada akan berjalan beriringan dengan MPR untuk mengukuhkan peran MPR sebagai Rumah Kebangsaan Pengawal Ideologi Pancasila dan Kedaulatan Rakyat," terangnya.
Siti Fauziah mengundang staf pengajar atau mahasiswa yang ingin berkunjung ke MPR dengan berkirim surat ke Biro Humas dan Sistem Informasi MPR.
"Perpustakaan kami juga memiliki koleksi buku yang cukup banyak dan khusus hanya ada di MPR. Jadi apabila sudah berkunjung ke MPR bisa sekalian melihat koleksi perpustakaan kami. Kalau ada hasil skripsi, tesis atau desertasi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang ingin ditaruh di perpustakaan MPR kami juga sangat terbuka menerima hal tersebut," sebutnya.
Siti Fauziah juga memperkenalkan digitalisasi layanan melalui aplikasi Buku Digital MPR RI.
"Silahkan didownload di google play store Buku Digital MPR. Di dalamnya tersedia majalah Majelis MPR, jurnal, hasil kajian dan banyak produk-produk MPR lainnya. Namun sampai dengan hari ini baru tersedia di platform Android, mudah-mudahan ke depan bisa juga di download di platform IOS," ujarnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) UPI, Agus Mulyana mengatakan ada dua kekuatan mahasiswa. Pertama, mahasiswa memiliki kekuatan intelektualitas. Sebab, mahasiswa berada di lembaga perguruan tinggi yang mengembangkan aspek akademis. Sehingga mahasiswa bisa bersikap kritis ketika menghadapi berbagai perubahan.
Kedua, karena jumlahnya yang banyak maka mahasiswa memiliki massa. Aksi demo mahasiswa sebagai bagian demokrasi menjadi kekuatan mahasiswa dalam menentukan dan memberikan kontribusi bagi perubahan tatanan masyarakat maupun bangsa.
"Kebangsaan harus dikedepankan dalam membangun negeri ini. Perubahan pada tahun 1945, 1966, 1970, 1980 dan 1998 menjadi pelajaran. Apa yang terjadi di Indonesia di masa depan, ditentukan juga dari kampus," katanya.