TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah
sepatutnya tidak terlalu memaksakan kehendak agar Gubernur DI Yogyakarta
melalui proses pemilihan.
Meredam kontroversi Rancangan Undang-Undang
(RUU) Kesitimewaan Yogyakarta, pemerintah sepatutnya menggunakan
pendekatan sosial budaya, dibanding melulu mengedepankan pendekatan
politik.
"Saya menyarankan pemerintah, mengenai Yogya ini dilakukkan
pendekatan sosial budaya. Jangan dengan pendekatan politik," ujar
Anggota Komisi II DPR RI Gamari Sutrisno kepada tribunnews.com di Jakarta, Sabtu (11/12/2010).
Gamari menyebut, tekad kuat masyarakat Yogyakarta memilih penetapan
Sultan Hamengku Buwono X, dan Paku Alam IX selaku Gubernur dan Wakil
Gubernur DI Yogyakarta, jangan dianggap masalah sepele.
"Budaya orang
jawa itu mesti didekati dengan budaya Jawa. Kalau ditekan, justru akan
melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan," ungkapnya.
Menurutnya, pemerintah perlu menunjukkan penghormatan atas sikap
masyarakat Yogyakarta. Bila perlu, pemerintah pun manyambangi Sultan.
"Kalau perlu sowan dengan Sultan. Ini demi kepentingan masyarakat
banyak," imbuhnya seraya mempertanyakan langkah pemerintah yang membuat
kegaduhan di masyarakat Yogyakarta.
"Jangan kita ganggu sesuatu yang telah berjalan. Kesultanan selama
ini tetap ada, daerah lain tidak ada masalah, dan Indonesia
tenang-tenang saja," sergahnya.
Ketika disinggung apakah Setgab koalisi berencana menyambangi Sultan, Gamari mengaku, belum mengetahuinya.
"Saya belum tahu," tuturnya. "FPKS sendiri tetap mendukung
penetapan, tanpa melalui proses pemilihan. Ini dijamin UU 1945 pasal 18
B," tegasnya.
Pemerintah Perlu Sowan ke Sultan
Penulis: Ade Mayasanto
Editor: Johnson Simanjuntak
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger