Laporan Wartawan Tribunnews.com, Febby Mahendra Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munari Ari, pengamen yang biasa mengais rezeki di perempatan bioskop Megaria dan Rumah kawasan sekitar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jl Diponegoro, Jakarta, terkesiap. Sebuah mobil berplat R1-1 yang mendapat pengawalan ketat mendadak berhenti di dekat tempat berdiri Munari dan seorang sahabat dekatnya, Herman Obos.
Kaca hitam jendela belakang mobil terbuka. Muncul senyum khas seorang pria yang wajahnya sering muncul di layar kaca. Pria tersebut tak lain Soeharto, presiden ke-2 Indonesia yang selalu melewati kawasan Jl Diponegoro setiap Rabu dan Jumat, menuju lapangan golf Rawamangun.
"Selamat siang Pak!" sapa Munari dan Herman Obos. Soeharto membalas sapaan itu dengan senyuman sambil mengangguk. Selanjutnya mobil yang ditumpangi Soeharto melanjutkan perjalanan diikuti anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Kejadian yang berlangsung 1986 tersebut sebenarnya bukan datang tiba-tiba. Berawal ketika Munari dan Herman Obos melakukan tindakan unik, yaitu berdiri tegak di trotoar saat rombongan Soeharto lewat. Bukan hanya itu saja, mereka juga memberi hormat dengan sikap sempurna.
"Begitu iring-iringan mobil presiden melintas dengan cepat di hadapan kami, saya dan Obos yang masing-masing membawa gitar dan biola, dengan sikap sempurna langsung memberi hormat," kata pria asal Bojonegoro kelahiran 7 Mei 1964 itu.
Ritual itu tak hanya sekali dilakukan, tetapi terus berlangsung selama dua bulan. "Jangan dikira mudah memberi hormat seperti itu, wong penjagaannya ketat. Beberapa saat menjelang iring-iringan presiden lewat, jalanan tempat kami mencari nafkah memang diseterilkan dulu. Tapi kami membandel saja," kenangnya.
Terjadi perubahan suasana ketika aksi hormat menghormat itu berlangsung bulan kedua. Laju iring-iringan presiden berjalan pelan ketika melewati Munari dan Herman Obos. Soeharto berhenti dan menyapa mereka.
Sekitar Juli 1986, seorang utusan Mbak Tutut (putri sulung Soeharto) bernama Joko Arianto, mencari Munari di RSCM. Sehari-hari Munari dan Herman tidur di depan kamar mayat rumah sakit tersebut. Rupanya Mbak Tutut ingin bertemu mereka.
Alhasil Munari dan Herman dibawa ke kantor Mbak Tutut, PT Citra Lamtorogung Persda, di lantai 23 Gedung Bank Bumi Daya, Jl Imam Bonjol, Jakarta. "Ini pengemen yang sering hormat sama Bapak, ya," tanya Mbak Tutut.
Selanjutnya Munari diminta menyanyi di depan Mbak Tutut. Saat itu lagu yang dibawakan mengenai nenek-nenek senam pagi. Selanjutnya Mbak Tutut menawari dua sahabat itu tampil di acara ulang tahun pernikahan Soeharto-Ny Tien Soeharto.
"Kami diminta latihan agar lebih profesional. Mbak Tutut juga menyediakan pelatih seni untuk melatih kami. Kami bahkan sempat ditawari masuk dapur rekaman," kata Munari. Akhirnya mereka benar-benar tampil membawakan dua lagu di depan Soeharto-Ny Tien Soeharto, para menteri, dan para tokoh yang hadir.
Silaturahmi
Pada saat itulah Munari berkesempatan ngobrol dengan Soeharto. "Kamu namanya siapa," tanya Soeharto. "Saya Ari, Pak," jawab Munari. "Sekolah di mana," tanya Soeharto lagi. "Saya hanya tamatan SMA, Pak," Munari menjawab.
"Setelah ini kelanjutannya bagaimana?" Dengan nada polos Munari mengatakan, "Terus terang saya ingin maju, Pak. Kalau bisa jangan ngamen terus."
Selanjutnya Soeharto menyarankan Munari menemui Mbak Tutut. Singkat cerita Munari diterima sebagai karyawan PT Citra Lamtorogung Persda, tanpa harus melalui proses seleksi. Tugas utamanya memperlancar beragam program Bantuan Presiden (Banpres), setelah sebelumnya membantu mendistribusikan mesin pengolah kopi kepada para petani di daerah.
"Saya mengawasi mulai dari proses di Jakarta sampai mengirim ke daerah," kata Munari. Ia mendapat gaji Rp 135 ribu, sebuah angka yang cukup lumayan untuk ukuran tahun 1989. Pada 1990 ia dipindahkan ke bagian administrasi dan surat menyurat sehingga punya akses lebih dekat dengan keluarga Cendana.
Munari kembali tampil di ulang tahun pernikahan Soeharto-Ny Tien pada 1993, bersama penyanyi kondang Rinto Harahap. "Bagaimana Ri, setelah bekerja," tanya Soeharto. "Alhamdullilah sekali, Pak. Sekarang saya sudah punya istri dengan lima anak. Juga punya rumah," kata Munari.
Soeharto manggut-manggut tersenyum, seraya berkata, "Tolong ditekuni ya."
Munari bekerja di Citra Lamtorogung hingga 2000. Lepas dari perusahaan Mbak Tutut, ia membuka usaha sendiri yaitu biro jasa. Munari tetap menjalin silaturahmi dengan keluarga Cendana, termasuk ketika Soeharto dirawat di rumah sakit usai lengser dari jabatannya.