Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) mengaku belum mengetahui motif aksi bom bunuh diri yang dilakukan di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, Minggu (25/9/2011).
Juru Bicara JAT, Sonhadi mengatakan bila aksi bom Solo dikaitkan dengan aksi Cirebon yang dilakukan M Syarif maka hal terebut merupakan pembentukan opini yang sistematis. "Seolah ada kelompok yang ingin menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi orang beribadah," kata Sonhadi melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Selasa (27/9/2011)
Sonhadi menuturkan pembentukan opini tersebut dapat berujung dengan konflik horizontal dan kekacauan. Mengenai aksi jihad, Sonhadi mengatakan hal itu merupakan bentuk ibadah yang jelas sudah diatur dalam syariat.
"Adapun aplikasi dan pelaksanaan jihad dihasilkan dariĀ ijtihad yang masih membuka ruang debateble," ujarnya.
Diketahui, Polri akan merilis identitas jenazah pelaku bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Selasa (27/9/2011), pukul 10.30 WIB.
Rilis ini disampaikan berdasarkan hasil identifikasi dan pencocokkan sidik jari, DNA, data gigi jenazah yang diduga kuat Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo dengan keluarganya.
Dari data Polri, Hayat adalah satu di antara lima DPO bom bunuh diri M Syarif di masjid Mapolresta Cirebon yang terjadi pada 15 April 2011 lalu, yang belum tertangkap. Kepolisian mengakui Hayat memang telah disiapkan sebagai "calon pengantin" aksi bom bunuh diri selanjutnya.