News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Korupsi Wisma Atlet

Nazaruddin Lambat Laun Menjatuhkan Pamor Demokrat

Penulis: Y Gustaman
Editor: Anwar Sadat Guna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Effendi Gazali

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yogi Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games yang menyeret mantan Bendahara Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin sedikit banyak menenggelamkan popularitas Partai Demokrat.

Lambat laun, pernyataan Nazaruddin yang liar akan membuat Demokrat terbunuh.

Pakar komunikasi politik Effendi Gazali mengatakan, cukup masuk akal Nazaruddin menjatuhkan pamor Demokrat.

Apalagi, proses hukum penanganan kasus suami Neneng Sri Wahyuni itu menyuguhkan political drama yang cukup panjang.

"Bahwa Nazaruddin pun akhirnya dengan ekspos media yang ada ternyata bisa membunuh partai tertentu. Dalam hal ini Partai Demokrat," ujar Effendi saat membahas survey Pride Indonesia di Kampus Pascasarjana Universitas Paramadina di Jakarta, Jumat (27/10/2011).

Menurut Effendi, alasan kenapa kasus Nazaruddin 'membunuh' Demokrat, disebabkan sikap partai berlambang bintang mercy itu memberi respon kurang meyakinkan kepada publik.

Hal itu terlihat dari pernyataan partai yang cenderung formalistik.

"Jawaban Partai Demokrat sampai saat ini sangat normatif. Dan jawaban normatif tidak bisa menjawab atau menantang ketidakpercayaan publik," terang Effendi.

Sisi lainnya, kata Effendi, orang mempersepsikan Nazaruddin adalah Demokrat sebagai partai penguasa.

Survey Pride Indonesia, yang mengkhususkan responden wilayah DKI Jakarta, minus Pulau Seribu, menyimpulkan kemerosotan kredibilitas Demokrat selain karena Nazaruddin, diperparah keterlibatan kader lainnya.

Sekitar 52 persen, responden tak mempercayai kredibilitas Demokrat pasca beberapa kasus yang menimpa kadernya.

"Hanya 21 persen saja yang masih percaya, dan 27 lainnya tidak tahu," ujar Agus Herta. Hasil ini, kata Agus, berdasar survey yang dilakukan serentak selama Agustus sampai September 2011.

DKI Jakarta sebagai subyek penelitian karena masyarakatnya yang well informed terhadap media, perkembangan sosial politik.

Dikatakan Agus, dibandingkan pada akhir 2010, sebelum kasus ini mencuat, Partai Demokrat cukup tinggi dalam perolehan kredibilitas di mata pemilih yakni 28.1 persen, di banding perolehan suara partai lain.

Maka setelah kasus ini menjadi sorotan media, perolehan suara Partai Demokrat turun menjadi 10.3 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini