TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification Kombes Polisi Anton Castilani mengaku Indonesia masih memiliki reagen atau zat kimia untuk pemeriksaan DNA. Sehingga tak perlu menggunakan reagen yang dibawa Tim DVI Rusia, karena Indonesia masih punya martabat.
"Sehingga sumbangan reagan dari Rusia akan diterima setelah selesai (proses identifikasi DNA). Reagan itu sebagai ucapan terima kasih dari Rusia ke Indonesia," ujar Anton saat dikonfirmasi wartawan di RS Bhayangkara Polri, Jakarta, Sabtu (19/5/2012).
Anton menjelaskan, operasional DVI Indonesia sudah diback-up penuh oleh Polri. Namun, Anton mengaku DVI Indonesia berterimakasih karena pihak Rusia sudah ikut membantu proses identifikasi mengingat ini adalah bentuk kerjasama bilateral kedua negara.
"Bukannya kita menolak. Tapi reagant itu baru diterima nanti sebagai ucapan terima kasih dari Pemerintah Rusia setelah operasi ini selesai. Ini untuk membuktikan bahwa tanpa reagan mereka kita bisa selesai (identifikasi DNA korban Sukhoi Superjet100)," tandasnya.
Pemerintah Rusia, siang tadi telah mendatangkan reagen untuk membantu proses identifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat SSJ100. Mereka mendatangkan reagen langsung dari Moskow menggunakan pesawat charter yang dibiayai penuh Pemerintah Rusia.
"Kami mendatangkan zat kimia reagen ini atas permintaan Pemerintah Indonesia untuk membantu proses identifikasi," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Reagen seharga 700.000 dollar AS murni biaya Pemerintah Rusia. Selanjutnya, reagen dimasukkan ke dalam lima kontainer tersebut dibawa ke RS Polri. Zat tersebut dibawa dengan kontainer khusus untuk menjaga suhu udara dan didampingi oleh petugas forensik agar tidak rusak.