TRIBUNNEWS.COM, GUNUNG SALAK - Usai pendakian panjang yang melelahkan hingga puncak Salak Satu, Minggu (13/5/2012) semua duduk di tanah yang paling tinggi yang dijadikan helipad. Helipad dengan makam tersebut letaknya berdampingan, tetapi posisi helipad lebih tinggi dari makam tersebut karena terpisah sengkedan yang tingginya tidak lebih dari satu meter.
Wartawan pun duduk dan kembali melihat ada dua orang masyarakat yang kembali berdoa di atas makam tersebut. Kebetulan saat itu cuaca cerah, langit pun tampak biru. Sambil mengobrol dengan para relawan dari Pramuka wartawan terus memandang makam tersebut dimana tepat diatas makam ada sebuah tanggul pohon.
Tiba-tiba suara helikopter pun terdengar, terlihat dari arah puncak tiga halikopter superpuma milik angkatan darat datang mendekat ke Puncak Manik sekitar pukul 10.30 WIB.
Helikopter berwarna hijau tersebut hanya membawa tiga kantung jenazah yang sudah satu malam didiamkan di tengah-tengah tempat halipad, tidak lebih dari tiga menit, superpuma milik TNI AD pun pergi meninggalkan Puncak Manik dengan membawa tiga kantung jenazah.
Tidak lama berselang, kembali sebuah Super Puma abu-abu datang, setelah sempat berputar-putar mengelilingi Puncak Manik akhirnya helikopter milik TNI AU pun mendekat ke Puncak Manik dengan ketinggian tidak lebih dari 50 meter.
Kemudian dua orang dalam helikopter tersebut melemparkan logistik berupa air minum dan makanan kaleng. Awalnya proses pengiriman logistik berjalan lancar, meskipun banyak logistik terutama air minum yang pecah akibat dilempar dari ketinggian.
Tapi Super Puma tersebut bergerak sehingga posisinya tepat berada di atas Makam Mbah Gunung Salak. Kemudian logistik pun kembali dilemparkan dari atas sehingga menimpa makam Mbah Gunung Salak bahkan seorang relawan bernama Bobi pun terkena lemparan logistik tersebut dibagian pinggang karena tidak sempat menghindar.
Sementara Wahyu seorang anggota Pramuka yang ikut dalam pencarian korban Sukhoi pun harus bergeser tat kala sedang berdoa di makam Mbah Gunung Salak karena takut terkena lemparan logistik. "Saya juga baru membaca surat Al-ikhlas tiga kali tiba-tiba banyak benda jatuh, akhirnya saya bergeser perlahan-lahan," ucapnya.
Helikopter pun terus bergerak sehingga posisinya terpat diatas makam, dan saat melemparkan sejumlah logistik seperti kelapa dalam karung goni, air mineral, dan makanan kaleng, logistik tersebut menimpa makam Mbah Gunung Salak tepat di tengah-tengah makam.
Makam pun hancur keramiknya. Sementara, air mineral, makanan kaleng, serta se-karung kelapa pun berserakan di atas makam Mbah Gunung Salak.
Setelah itu, Superpuma pun meninggalkan Puncak Manik dan sejumlah anggota TNI pun mengambil logistik yang berserakan di atas makam Mbah Gunung Salak dan mendatanya.
Tiba-tiba cuaca yang asalnya cerah langsung berubah dan kabut tebal pun turun menyelimuti Puncak Manik setelah Makam Mbah Gunung Salak hancur tertimpa logistik. Udara yang asalnya hangat pun berubah menjadi dingin, air hujan pun sedikit mulai turun, tetapi tidak begitu besar.
Di tengah tebalnya kabut dan udara mulai dingin, anggota TNI dan relawan yang tergabung dalam Tim SAR Gabungan evakuasi korban Sukhoi Superjet 100 tetap melanjutkan pekerjaan membuat helipad di Puncak Manik supaya rata.
Makam Mbah Salak Hancur Tertimpa Logistik
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger
Berita Terkait: Pesawat Sukhoi Jatuh