TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rustam Syarifuddin Pakaya, tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (Alkes) Pusat Penanggulangan Krisis di Kementerian Kesehatan tahun 2007, kembali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (23/5/2012).
Seusai diperiksa hampir empat jam penyidik, Rustam tampak ramah menjawab beberapa pertanyaan wartawan, sebelum akhirnya meninggalkan KPK dengan menumpangi mobil tahanan.
Dalam keterangannya, Rustam kembali mengegaskan adanya peran Siti Fadillah Supari yang saat itu masih menjadi Menteri Kesehatan. Bahkan, kepada wartawan ia juga mengungkapkan jika penyidik KPK ada mencecarnya mengenai peran Siti pada kasus yang menderanya saat ini.
"Sekitar 37 pertanyaan. Intinya saya ditanyakan TC banyak banget, saya jawab tidak tahu itu, kemudian dihubungkan dengan pembangunan di Depkes seperti di RSCM dan Fatwamati. Kemudian ada proyek Askeskin, Saya jawab tidak tahu," terang Rustam.
Ditanyakan soal perintah Menteri (Siti Fadillah) soal proyek ini?
"Iy ada. Sekjen juga ada. Karena Sekjen juga jabatan tertinggi dalam suatu departemen," jawabnya.
Pda pemeriksaan sebelumnya, Rustam juga menjelaskan keterlibatan Siti Fadillah Supari selaku Menteri Kesehatan saat proyek itu berjalan.
Rustam mengatakan pengadaan Alkes di Kementrian Kesehatan ini merupakan proyek revisi untuk penguatan penanggulangan bencana.
Menurut Rustam, dirinya selaku Kepala Pusat Penangggulangan Krisis Depkes waktu itu tidak memiliki otoritas untuk merevisi proyek tersebut.
"Dalam proyek ini saya tidak punya otoritas untuk merevisi, proses revisi itu ada pada Menteri," ujar Rustam.
Soal proyek tersebut direalisasikan pada 2007, Menteri Kesehatan dijabat oleh Siti Fadhilah Supari. Jadi revisi dilakukan oleh Siti selaku Menteri?
"Iya," tegas Rustam.