TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Intelektual Muda Papua, Natalis Pigai menyesalkan pernyataan Presiden SBY yang meremehkan jumlah korban jiwa yang jatuh akibat kekerasan yang kembali memanas di Papua akhir-akhir ini.
Ditegaskan Natalis, pernyataan Presiden SBY tersebut benar-benar sudah meremehkan dan tidak mencerminkan pemimpin negara yang bijak. "SBY, memangnya anda bisa ciptain manusia satu saja? Kok nyawa manusia dikuantifikasi," kata Natalis saat diskusi "Papua tak kunjung reda" di warung daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (16/6/2012)
Lebih lanjut ia mengatakan terjadinya perlawanan orang Papua hingga sekarang karena proses integrasi, meninggalkan bekas kesedihan orang Papua. "Ini karena wujud pembangunan integrasi yang gagal," urainya.
"Karena gagalnya pembangunan integrasi di pPpua. Hari ini bahwa ketertinggalan, kemiskinan, kebodohan di Papua menjadi mainstream perjuangan di Papua," ujarnya.
Lebih lanjut ditegaskan, salah satu kegagalan dan bibit-bibit konflik di Papua dipicu pendekatan keamanan yang represif. "1 bulan ini saja ada 22 konflik," bebernya.
"Mako Tabuni ditembak tanpa perlawanan. Harusnya lewat pengadilan, tidak boleh ditembak langsung," katanya lebih lanjut.
Selain Pernyataan SBY, menurutnya, pernyataan Menkopolkam yang menyatakan pemerintah tidak ada melakukan pembiaran di Papua sesuatu yang tidak sesuai. "Papua bagian NKRI selama ada konflik maka ada pembiaran," tandasnya.
Dalam pidatonya saat membuka rapat terbatas tentang politik, hukum dan keamanan SBY mengatakan aksi kaum separatis bersenjata di Papua tersebut dalam skala kecil dengan korban yang limited.
baca juga: