TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Naiknya harga kedelai yang menjadi bahan baku tempe dan tahu di pasaran terus menjadi perbincangan hangat. Wajar saja ketika harga tempe dan tahu naik karena adanya gangguan pasokan kedelai.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi pun mengakui jika Indonesia masih mengimpor kedelai bahkan hingga 60 persen besarannya.
“Indonesia 60 persen dari kebutuhan kedelai dari luar negeri,” kata Bayu di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu(25/7/2012).
Menurut Bayu, Indonesia baru bisa menghasilkan 800.000 ton produksi kedelai dalam negeri. Itu berarti sekitar 1,2 juta ton kedelai masih diimpor.
Tingginya permintaan produk turunan kedelai ternyata tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Setiap tahun tidak kurang dari 2,4 juta ton kedelai di konsumsi masyarakat.
"Akibatnya, serbuan kedelai impor semakin deras membanjiri Indonesia," jelasnya.
Untuk diketahui, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tahun ini Indonesia banyak impor kedelai dari lima negara. Pertama dari China sebanyak 281,8 ton kedelai dengan nilai US$ 279 ribu. Kemudian kedelai asal negara di Eropa Timur, Ukraina mencapai 738 ton dengan nilai US$ 370 ribu.
Selanjutnya impor kedelai dari Kanada sebanyak 1.500 ton dengan nilai US$ 887,4 ribu. Dari Malayasia sebanyak 26 ribu ton kedelai dengan nilai US$ 20,8 juta. Serta dari Amerika Serikat sebanyak 721,1 ribu ton kedelai dengan nilai US$ 401,6 juta.