News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran

Cara Pedagang Siasati Kelangkaan Tahu-Tempe

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pekerja menggoreng tempe yang diberi adonan tepung terigu di kawasan sentra pedagang oleh-oleh makanan khas Bandung di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Rabu (25/7/2012). Tempe yang dianggap sebagai makanan masyarakat kelas bawah, saat ini menjadi makanan mewah karena menggunakan bahan baku kacang kedelai impor dari Amerika Serikat. Ditambah harga kacang tersebut setiap harinya terus naik. Dalam sehari pedagang di tempat ini sedikitnya bisa menjual 40 kg tempe goreng dengan harga Rp 26.000 per kg. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN

Laporan Agus Nia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelangkaan tahu dan tempe tidak membuat para pedagang yang biasanya menjajakan panganan berbahan kedelai tersebut kehilangan akal. Seperti ibu Yahya dan bapak Abu. Mereka mempunyai cara tersendiri agar tidak kehilangan pelanggannya.

Yahya (48) menyiasati kelangkaan panganan pokok asli Indonesia ini dengan menyimpan stok tahu yang dibelinya di pasar Palmerah sejak kemarin. Penjual yang sudah 20 tahun berjualan di pasar Slipi, Jakarta Barat ini terpaksa menyimpan tahunya dengan es untuk dijual pagi ini.

"Biasanya sih juga jualan tempe, tapi karena sulit, ya cuma tahu aja. Habis, kalau tidak jualan ini yang di rumah tidak bisa sekolah," kata Yahya saat ditemui di Jakarta, Kamis(26/7/2012).

Tahu yang dijual oleh ibu Yahya adalah tahu berukuran kecil yang dijual Rp 700,00 per potongnya. Dia mengaku belum menaikkan harga karena itu adalah stok yang kemarin.

Untuk hari ini dan kemarin dia menyimpan stok sebanyak tiga bak, kurang lebih berisi 300 potong tahu.

"Hari ini mungkin habis, karena tahu tidak tahan lama," kata Yahya.

Berbeda dengan Yahya, cara yang dilakukan penjual tempe pasar Kopro, Jakarta Barat, Abu (50) adalah mengingatkan kepada para pelanggannya sejak Selasa, (24/7/2012) bahwa dia tidak berdagang. Menurutnya tidak berdagang selama tiga hari adalah resiko.

Pedagang yang berdomisili sekitar Petamburan, Slipi itu mengaku sudah konsisten tidak akan berjualan bila fenomena seperti tahun 2008 terulang kembali.
"Dulu (2008), saya dagang tempe, tidak di sweeping sih, tapi deg-degan. Sejak hari itu saya nazar, kalau misalkan ada lagi mogok kerja macam itu, saya tidak akan berdagang," kata ayah dari lima anak tersebut.

Dia merasa prihatin dengan razia tahu tempe yang dikumpulkan di daerah Semanan, Kalideres.

"Tidak ingin tempe saya dihancurkan atau dirazia, makanya saya bilang sama pelanggan saya sampai Jumat nanti tidak jualan," tutur Abu.

Dampaknya, sebagian besar pelanggannya mengerti dan membeli secukupnya berdasarkan kebutuhan pada Selasa lalu.

"Tahu saya libur, pelanggan seperti tukang gorengan stok tempe, sekarang saya cuma jualan daun pisang aja," kata Abu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini