Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Bahri Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sampai saat ini Kalantas Polri mengeluarkan data 2.985 kecelakaan lalu lintas selama mudik, 512 meninggal dunia, 818 luka berat dan 2.781 luka ringan. Angka ini diprediksikan akan meningkat selama lebaran dan arus balik. Diantara korban terdapat anak-anak dan banyak anak yang ditinggal oleh orang tuanya yang menjadi korban.
Tragedi kemanusiaan ini terus berulang setiap tahun. Segala daya dan upaya sudah dilakukan petugas di lapangan untuk mencegah kecelakaan, tapi hasilnya tetap mengkhawatirkan. Dibutuhkan kebijakan yang komprehensif dan implementatif untuk menyelamatkan ribuan nyawa manusia.
"Budaya tertib lalu lintas masih sangat rendah, ditambah jalur yang sangat kecil sehingga sepeda motor harus berebut jalan dengan mobil, pengendara ugal-ugalan, jalan rusak, parkir di bahu jalan, membuat keramaian di sepanjang jalur mudik, pasar tumpah dan kondisi buruk lain nya," terang M. Ihsan, Ketua Satgas PA dalam keterangan persnya.
Ihsan melanjutkan, angkutan umum dan angkutan pribadi juga tidak luput dari resiko kecelakaan, seperti bis, kereta dan kapal laut yang melebihi kapasitas, pengaturan yang lemah dan pembiaran, terbatasnya jumlah petugas di lapangan. Mobil pribadi melebihi kapasitas, pengendara yang tidak terkontrol dan sebagainya.
Satgas PA menilai, Presiden harus menyikapi tragedi ini sehingga ada kebijakan dan langkah kongkrit di lapangan.
"Banyak usulan disampaikan oleh masyarakat seperti pembatasan dan pengaturan sepeda motor karena 70 persen kecelakaan sepeda motor. Pengaturan waktu istirahat dan kecepatan kendaraan umum, pelebaran dan penertiban jalur mudik. Pengawasan oleh petugas di lapangan. Penjualan tiket sesuai kapasitas, pengaturan menaiki dan selama perjalanan," lanjut Ihsan.
Menurut Ihsan, perhatian yang besar dari Presiden diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan dan nyawa yang melayang selama mudik.
"Diharapkan kerjasama seluruh petugas dan masyarakat serta pemudik untuk menyelamatkan anak indonesia," tandasnya.