TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - AD, siswa kelas XI SMK Kartika Zeni, yang menjadi tersangka utama dalam kasus tewasnya siswa SMA Yayasan Karya 66 (Yake), Deny Januar alias Yadud (17), mengaku membawa celurit ke sekolah dan digunakan tawuran karena kerap dipalak preman.
"Dia bawa celurit di dalam tasnya karena mengakunya sering dipalak preman. Jadi dia mempersiapkan diri untuk (jaga-jaga) pemalakan itu," ujar Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Selatan, AKBP Hermawan, di Mapolrestro Jaksel, Kamis (27/9/2012).
Kepada polisi, AD mengakui dirinya sering membawa celurit ke sekolah dengan dimasukkan ke dalam tas. Celurit itu dia pinjam dari seorang pencari rumput pakan sapi di sekitar rumahnya.
Hermawan menyayangkan kurang perhatiannya pihak sekolah terhadap siswanya yang membawa senjata tajam ke tempat belajar dan mengajar. Padahal, senjata tajam yang dibawa siswa tampak kasat mata bila dibawa dengan tasnya.
Hermawan menjelaskan kronologi tawuran kedua siswa sekolah yang mengakibatkan korban jiwa ini.
Menurutnya, posisi SMA Yake dan SMA Kartika Zeni berjauhan di wilayah Jakarta Timur. Namun, para siswa itu menggunakan jalur yang sama saat pulang sekolah, yakni Jalan Dr Saharjo, Jaksel.
Pada Rabu (26/9/2012) siang di Jalan Minangkabau, Manggarai, Jaksel, awalnya AD berada di dalam bus. Dia mendengar teriakan warga bahwa ada teman satu sekolahnya terlibat tawuran. Dia pun lantas keluar dari bus dan langsung mengeluarkan celurit dalam tawuran lanjutan itu.
Dengan begitu, keterlibatan AD dalam tawuran itu tidak direncanakan. "Jadi, saat penyerangan pertama dia enggak ikut, baru setelah itu langsung menyerang kelompok korban," kata Hermawan.
Semula Yadud sempat melakukan perlawanan saat dikeroyok AD dan rekannya. Namun, Yadud tak kuasa saat AD tiba-tiba menusuknya dengan celurit. Ia pun jatuh tersungkur dan tewas di tempat.
Berita Terkait: Tawuran Pelajar