TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya nama tokoh pemuda Rosalia Marshal alias Hercules yang kini menjadi incaran operasi militer Timor Leste disebabkan belum selesainya perundingan antara Indonesia dan Timor Leste terutama soal penduduk serta wilayah perbatasan.
"Saya kira tercantumnya nama Hercules adalah karena belum tuntasnya perundingan soal ini," kata Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat kepada Tribunnews.com, Sabtu(12/1/2013).
Martin mengatakan berdasarkan kunjungannya bersama MPR ke Atambua tiga bulan lalu, dirinya mendapatkan fakta bahwa kerap terjadi tentara PBB yang berkuasa di Timor Leste menangkap para petani Indonesia karena tidak jelasnya batas-batas antara kedua negara.
"Karena pembatas wilayah Indonesia dan Timtim adalah sebuah sungai kecil yang kering karena jarang ada airnya. Kerap terjadi tentara PBB yang berkuasa di Timor Leste sekarang menangkap para petani tersebut dan menahannya di Dili,"kata Martin.
Nasib mereka yang banyak ditangkap tentara PBB tersebut lanjut Martin baru jelas sesudah pemerintah turun tangan,baru petani-petani tersebut dilepas.
"Tapi kalau tentara-tentaranya orang Timtim, biasanya tidak mempermasalahkannya. Begitu juga TNI tidak mempermasalahkan orang Timtim yang berkunjung di Atambua,"jelas Martin.
Sebagaimana dilansir dari situs timorhauniandoben.com, Panglima Angkatan Pertahanan Timor Leste (F-FDTL)Mayor Jenderal, Lere Anan Timur, tidak setuju dengan kembalinya mantan pro integrasi Hercules ke Timor Leste.
"Saya mendengar bahwa warga di Atambua ingin kembali ke Timor, saya tidak setuju dengan hal ini. Meskipun beberapa dari pemimpin kita (Timor Leste), ingin menciptakan persatuan nasional," kata Lere.
Kedatangan Hercules ke Timor Leste melalui bandara Comoro-Dili dinilai akan menganggu stabilitas negara eks jajahan Portugis tersebut.