TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Guyon saat menjawab pertanyaan krusial saat fit and proper test (FaPT) berujung fatal bagai Calon Hakim Agung (CHA) Muhammad Daming Sunusi.
Cercaan dan hujatan mengalir padanya. Desakan pada Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk tidak meloloskan Daming lantang menggema. Yang paling pahit ia terima adalah keluarganya sendiri mengecam ucapan soal tindak perkosaan tersebut.
Ucapan istri dan anak-anak perempuan Daming itu membuat dirinya tersiksa. Selasa, (15/1/2013), Daming menggelar jumpa pers soal permintaan maaf atas ucapannya tersebut, di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta.
Wajah Daming seketika berubah murung saat menuturkan apa yang ia dengar saat istri dan anak-anaknya menelepon pada Senin (14/1/2013) malam usai dirinya menjalani uji kelayakan dan kepatutan sebagai CHA. Mengenakan kemeja lengan panjang bergaris dan dasi warna biru kelam, Daming terlihat menitikkan air mata saat mencurahkan isi hatinya terhadap keceman yang datang dari sang anak.
"Hampir semalam saya tidak tidur karena istri saya dan anak-anak saya sangat keberatan terhadap kata-kata itu. Jadi saya sangat terpukul terutama kepada keluarga saya sendiri. Mereka protes. Anak saya dari Makassar mengatakan, 'setelah saya membaca berita kok seperti bukan bapak saya," tutur Daming menirukan ucapan yang ia dengar dari sang anak.
Daming akhirnya betul-betul menyadari, ucapannya yang menyebut 'pemerkosa dan korban perkosaan sama-sama menikmati' sangat mengiris rasa dan tak pantas terlontar, apalagi dari mulut seorang CHA seperti dirinya.
Terlebih, Daming mengaku memiliki tiga anak dan dua cucu perempuan serta satu cucu laki-laki. Seraya menyeka air matanya, Daming merasa telah menyakiti hati kaum perempan, terutama kaum ibu.
"Saya sungguh sangat menyesal. Saya menyadari betul karena kita ini berasal dari ibu, (saya) punya anak keturunan perempuan. Perkataan tersebut tidak pantas disampaikan oleh siapapun. Saya meminta maaf kepada masyarakat Indonesia, dari lubuk yang paling dalam. Saya menyadari kata-kata itu tidak pantas diucapkan oleh siapa pun, termasuk calon hakim agung," ujar Daming.
Secara jujur, Daming mengaku tak mengerti apa yang membuatnya melontarkan ucapan kontroversial tersebut. Daming menyiratkan tak bisa mengontrol diri akibat tekanan mental dan psikologis dari uji kelayakan dan kepatutan yang dijalani. Belakangan, pria yang baru saja menjabat Ketua Pengadilan Tinggi Palembang ini justru membenci dirinya atas ucapan tersebut.
"Saya lepas kontrol. Saya sangat tertekan dicecar berbagai pertanyaan. Kata-kata itu muncul tanpa saya sadari, di luar kontrol. Terus terang saya sangat membenci ucapan ini, tapi entah mengapa....Saya sampaikan permintaan maaf, kepada masyarakat, media massa, Komnas PA, YLBHI, dan pemerhati hukum. NICO/FERDINAND