TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) di Papua menyerang anggota TNI, dan menyebar isu TNI membakar honai warga, untuk menanam kebencian masyarakat Papua terhadap TNI.
"Tujuannya agar kami tidak bisa akrab dengan masyarakat di sana. Bagaimana kami bisa bercerai berai dengan masyarakat di sana. Itu tujuan mereka," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul, saat jumpa pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (26/2/2013).
Setelah rentetan peristiwa penembakan terhadap anggota TNI di Puncak Jaya, tak lama beredar kabar bahwa TNI membalas dendam dengan melakukan sweeping dan membakar honai serta geraja.
Padahal, menurut Iskandar, TNI justru membantu warga memadamkan api. Bahkan, anggota TNI pun tidak tahu asal kebakaran.
"Kejadian kemarin perlu diluruskan. TNI tidak melakukan pembakaran. Kami pun diisukan melakukan swepping, padahal tidak sama sekali. TNI tidak akan melakukan balas dendam. TNI selalu melakukan yang terbaik untuk rakyat," tutur Iskandar.
Berikut kronologi tiga peristiwa penembakan di Papua:
Kamis (21/2/ 2013)
1. Penyerangan terhadap Pos Maleo Yonif 753/AVT di Distrik Tinggi Nambut, Puncak Jaya, pukul 09.30 WIT.
Kronologi:
- Warga atas nama Wani Tabuni bertamu ke Pos Maleo yang dijaga Lettu Inf Reza Gita Armena dan Pratu Wahyu Prabowo.
- Setelah 30 menit, Wani Tabuni pergi dan menghilang.
- Terjadi penembakan dari berbagai penjuru.
- Pos TNI terdekat dan Pos Brimob membantu membalas tembakan dan mengejar.
- Satu anggota TNI meninggal dunia atas nama Pratu Wahyu Prabowo, dan satu anggota TNI mengalami luka tembak, atas nama (Danpos) Lettu Inf Reza Gita Armena.
- Penembak lari ke wilayah pegunungan.