TRIBUNnews.com, JAKARTA - Dari sekian banyak aset kekayaan mantan Kepala Korlantas Polri, Irjen (Pol) Djoko Susilo, hanya keris yang tak berani disita penyidik KPK terkait dugaan pidana proyek Simulator SIM dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Dalam sidang lanjutan perkara tersebut di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (16/7), Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK menghadirkan Indrajaya Februharyadi, seorang saksi yang memiliki tugas sebagai perawat keris-keris sakti milik Djoko.
Indra mengungkapkan, hingga saat ini keris sakti yang dititipkan oleh Djoko kepadanya mencapai lebih dari 200 buah.
Mencengangkan, karena Indra yang mantan anggota Kodam Brawijaya Malang itu pun mengungkapkan harga sebuah keris tersebut tidak ada yang di bawah ratusan juta rupiah.
Bahkan, pada 2004, Djoko pernah membeli sekitar 16 keris sakti seharga Rp 1,6 miliar dengan sebuah rumah mewahnya di kawasan Depok.
"Rumah itu di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat. Harganya sekitar Rp 1,6 miliar Pak, lalu tambah uang tunai Rp 150 juta," kata Indra.
Indra dengan logat Jawanya mengatakan, penyidik KPK pernah mendatangi rumahnya buat menyita beberapa keris itu. Saat itu, ia mempersilahkan para penyidik menyita keris pusaka itu, namun tidak berani dilakukan. "Saya bilang ke penyidik silahkan saja kalau mau menyita. Tapi saya enggak ikut-ikutan. Tapi akhirnya gak jadi diambil," kata Indra yang juga mengaku memiliki ritual memandikan keris pusaka milik Djoko Susilo setiap malam Suro.
Usai persidangan, Djoko didampingi kuasa hukumnya, Junivert Girsang, dan dua petugas KPK, menyempatkan diri berbincang khusus di lobi pengadilan.
Djoko menceritakan sejarah dirinya bisa mengoleksi lebih dari 200 keris sakti tersebut.
Ia mengaku mulai mengoleksi keris sejak berpangkat kapten di Solo. Dan semua itu banyaknya koleksi keris itu karena hobi.
Djoko mengatakan, kebanyakan keris-keris itu didapatkannya dari mencari atau hunting hingga ada orang yang datang menawarkan kepadanya. "Jangan tanya saya tanya sama orang tahu keris. (Jual beli keris) sama seperti orang punya duit dan ingin beli rumah, tapi belum tentu rumah itu terbeli. Sama seperti naik haji, punya uang untuk naik haji, tapi ada yang gagal berangkat," ujar Djoko yang mengenakan batik hijau.
"Tangan cocok atau tidak itu memang ada," imbuhnya.
Djoko mengaku dari keris-keris yang dimilikinya itu mempunyai kesaktian masing-masing, termasuk untuk penggaet wanita dan kejantanan pria.
"Beda-beda (kesaktiannya). Yah ada yang buat itu," aku Djoko sambil menunjuk jari ke arah Juniver yang sedang mengacungkan telunjuknya.