TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Ekonom Dradjad Wibowo menilai, kondisi yang ada saat ini masyarakat banyak terpukul oleh lonjakan harga barang. Hal ini terjadi karena masyarakat terkena empat kejadian sekaligus, yang membuat harga barang naik drastis.
Hal pertama, lanjut Dradjad, mengenai harga BBM naik yang berimbas barang-barang yang semakin mahal. Kemudian, datangnya bulan Ramadan dan Idul Fitri yang kerap disebut dengan faktor kenaikan harga musiman.
Faktor ketiga adalah terus merosotnya kurs rupiah. Karena banyak barang modal dan konsumsi diimpor, hal ini membuat barang-barang semakin mahal. Dan yang keempat, adalah kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Ini membuat cicilan bunga kredit spt rumah, mobil, motor dan elektronik makin besar.
"Untuk itu, saya menyarankan agar pemerintah bekerja lebih efektif lagi dalam menurunkan harga-harga. Sebagai misal, pemerintah berupaya mengatasi kenaikkan harga pangan seperti daging dan bawang melalui impor. Karena kurs rupiah merosot, impor daging belum tentu efektif menurunkan harga," Dradjad menyarankan.
Ditegaskan, sebaiknya pemerintah mengepung kenaikan harga itu dari semua penjuru. Banyak faktor-faktor penyebab ekonomi biaya tinggi. Ada permainan kartel. Ada kekurangan supply barang. Ada masalah lalu lintas barang. Semuanya, lanjutnya, harus diatasi seperti oramg bermain "total football". "Jika ini dilakukan, insya Allah pelan-pelan harga-harga bisa diturunkan," Dradjad meyakini.
Di Jakarta, untuk menekan harga bahan pokok dan kebutuhan Lebaran, Pemerintah Provinsi DKI mengadakan operasi pasar besar-besaran. Operasi pasar ini digelar dengan pasar murah di Taman Irti, kawasan Monumen Nasional (Monas), Jalan Medan Merdeka Selatan, 18-20 Juli 2013.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perdagangan DKI, Ratna Ningsih, menjelaskan, Pemprov DKI akan mengerahkan 200 grosir anggota UKM, terutama para pedagang besar cabai, bawang merah, bawang putih, telur, ayam potong, serta daging sapi.
"Tempat dan fasilitas buat para pedagang grosir ini, gratis," ujar Ratna.
Para pedagang grosir cabai, bawang merah, dan bawang putih itu berasal dari Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur. Adapun para pedagang grosir ayam potong serta daging sapi didatangkan dari sentra-sentra pemotongan ayam dan sapi.
Sementara itu Menteri Pertanian Suswono menyebutkan melonjaknya harga cabai dan bawang merahdisebabkan karena mundurnya masa panen akibat iklim hujan yang ternyata berlanjut.
"Cabe, bawang merah, ternyata panennya mundur. Bahkan yang panen hasilnya tidak optimal," ujar Menteri Pertanian Suswono.
Menurut Suswono saat ini para petani juga tengah kebingungan karena iklim hujan ternyata berlanjut, ini membuat masa panen menjadi mundur. Namun ia meyakini Agustus nanti sudah dapat dilakukan panen sehingga harga diprediksi akan kembali normal.
"Ada namanya kemarau basah, petani bingung mereka kan taunya kemarau itu ya musim kering. Jadi iklim saat ini sudah tidak bisa diprediksi," imbuhnya.