News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Djoko Susilo, Jenderal Mistik yang Kena Sial Keris Sakti Sendiri

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terdakwa kasus dugaan korupsi simulator Surat Ijin Mengemudi (SIM), Irjen Djoko Susilo menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta Selatan, Selasa (16/7/2013). Sidang yang beragendakan mendengarkan keterangan saksi ini gagal dihadiri Nazaruddin karena sakit. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari sekian banyak aset kekayaan mantan Kepala Korlantas Polri, Irjen (Pol) Djoko Susilo, hanya keris yang tak  "disentuh" petugas KPK terkait dugaan pidana korupsi proyek Simulator SIM Rp 196,8 miliar dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Sang juru rawat keris Djoko, Indrajaya Februharyadi, membeberkan ihwal tentang keris-keris sang jenderal saat duduk di kursi saksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa, 16 Juli 2013, petang.

Indra mengungkapkan, hingga saat ini keris sakti yang dititipkan oleh Djoko kepadanya mencapai lebih dari 200 buah.

Mencengangkan, karena Indra yang mantan anggota Kodam Brawijaya Malang itu pun mengungkapkan harga sebuah keris tersebut tidak ada yang di bawah ratusan juta rupiah alias miliaran rupiah.

Bahkan, pada 2004, Djoko pernah membeli sekitar 16 keris sakti seharga Rp 1,6 miliar dengan menukar sebuah rumah mewahnya di kawasan Depok plus uang tunai Rp 150 juta.

Indra dengan logat Jawanya mengatakan, penyidik KPK pernah mendatangi rumahnya dengan maksud untuk menyita beberapa keris itu. Namun, para penyidik itu tak berani melakukannya kendati sudah ia izinkan.

Sang juru rawat keris-keris pusaka sang jenderal pun mengakui kerap melaksanakan ritual memandikan keris pusaka milik Djoko Susilo setiap Malam 1 (Satu) Suro.

Usai sidang pada malam itu, Djoko keluar dan berjalan santai dari lift dengan dikawal oleh dua petugas tahanan dan penyidik KPK menuju bangku lobi pengadilan.

Rupanya, Djoko melihat sang penasihat hukumnya, Junivert Girsang, tengah asyik berbincang dengan beberapa wartawan. "Ini Pak (Djoko), teman-teman wartawan pada pada ingin tahu soal keris bapak," kata Junivert saat mengutarakan materi pembicaraannya dengan para awak media.

Sang jenderal pun langsung menghampiri dan menyalami satu per satu awak media di lobi pengadilan bekas bank swasta itu.

Dengan duduk di kursi hijau nan lusuh, Djoko mulai menceritakan sejarah dirinya bisa mengoleksi lebih dari 200 keris sakti tersebut.

Djoko mengatakan, sebagian keris koleksinya adalah peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia, seperti kerajaan Kutai Kertanegara. "Keris macam-macam. Setiap raja itu punya kelebihan-kelebihannya. Tapi saya enggak hapal," kata Djoko.

Sang jenderal polisi bintang dua dan lulusan Akademi Kepolisian 1984 itu mengaku mulai mengoleksi keris pusaka sejak berpangkat kapten di Solo. Dan semua itu dilakukan karena hobi.

Djoko mengatakan, kebanyakan keris-keris itu didapatkannya dari mencari atau hunting hingga ada orang yang datang menawarkan kepadanya. Dan mendapatkan keris pusaka itu seperti "jodoh-jodohan".

"Jangan tanya saya tanya sama orang tahu keris. (Jual beli keris) sama seperti orang punya duit dan ingin beli rumah, tapi belum tentu rumah itu terbeli. Sama seperti naik haji, punya uang untuk naik haji, tapi ada yang gagal berangkat," ujar Djoko yang mengenakan batik hijau.

Djoko mengaku dari keris-keris yang dimilikinya itu mempunyai kesaktian masing-masing, termasuk untuk pemikat wanita dan kejantanan pria.

"Beda-beda (kesaktiannya). Yah ada yang buat itu," aku Djoko sambil menunjuk ke arah Juniver yang sedang mengacungkan telunjuknya.

Junivert selaku orang dekat dengan Djoko dan dua petugas KPK yang mengawal Djoko, tampak terperangah saat menyaksikan pengakuan jenderal polisi bintang dua tersebut. Dan sesekali mereka tersenyum.

Meski pernah diberitahu oleh Djoko, Junivert mengaku baru percaya setelah sang juru rawat keris Djoko, Indra, mengungkapkan kesaktian keris-keris Djoko dalam persidangan. Bahkan, Junivert mengakui cerita miliaran rupiah harga keris pusaka nan sakti Djoko itu membuatnya tergiur untuk berbisnis keris pusaka.

Lebih lanjut Djoko mengungkapkan, kesaktian lain dari keris-keris yang dimilikinya adalah untuk membuat dirinya tetap berwibawa di depan anak buah, tetap dalam keadaan tenang, murah rezeki, dan bertangan dingin.

"Pak Jenderal, di antara keris-keris yang bapak punya, mana yang paling sakti?" tanya seorang wartawan.

"Yang paling sakti itu rahasia," jawab Djoko.

Dalam perbincangan hangat malam itu, Djoko pun sempat menawarkan diri untuk memperlihatkan keris yang dimilikinya. "Kamu mau lihat. Tapi, izin dulu sama yang ini," kata Djoko sembari melongok ke petugas KPK yang berdiri di belakangnya.

Selanjutnya, Djoko yang pernah mendapatkan beberapa penghargaan dari Presiden SBY itu mengatakan, kesaktian suatu keris tersebut tergantung kepercayaan masing-masing. Karena itu, yang tidak percaya, keris pusaka itu takkan menjadi jodohnya.

Ada pula sejumlah pantangan yang harus diperhatikan bagi si pemilik keris tersebut, termasuk ritual khusus perawatan benda pusaka tersebut. "Begitu juga, tidak sembarang orang bisa dititipkan untuk merawat (keris pusaka)," kata Djoko.

Djoko hanya tersenyum saat diminta menceritakan kronologi dirinya menjual sebuah keris miliknya seharga 680 ribu Euro kepada seorang warga Jerman pada 1999, sebagaimana diungkapkan oleh Indra dalam persidangan.

Selain keris sakti, Djoko mengakui dirinya juga mengoleksi cinderamata yang baginya itu bagian dari seni.

Ia pun mengakui sampai saat ini cinderamata berupa dua buah keris besar masih dipajang di bekas ruang kerjanya, kantor Akpol, Semarang, kendati kini ia menjadi pesakitan.

Kembali ke waktu pada saat persidangan, seorang pengusaha bernama Hirawan yang merupakan teman Djoko, mengungkapkan hobi sang jenderal lainnya.

Hirawan menyebut, selain hobi benda pusaka dan rumah antik, Djoko juga kerap mendatangi tempat-tempat yang dikeramatkan.

Tujuannya apa? "Seperti cari kesaktian. Tapi saya tidak suka," ujar Hirawan.

Yang tidak kalah mengejutkan dalam persidangan itu, Indra selaku juru rawat keris mengatakan penyebab Djoko ditangkap KPK lantaran kena sial setelah dirinya lupa memandikan beberapa keris tersebut pada Malam Satu Suro November 2012 lalu.

"Saya lupa memandikan, dan belum dikembalikan ke Pak Djoko, tapi keburu kena masalah," kata Indra.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini