TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan pimpinan organisasi massar (ormas) Islam mendesak pemerintah agar melakukan aksi nyata untuk menghentikan pertumpahan darah di Mesir.
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) mengingatkan bahwa Indonesia memiliki ikatan emosional dan historis dengan negeri di Semenanjung Sinai.
"Mesir adalah negara yang pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia. (Selan itu) Anda tahu berapa jumlah alumni Cairo di Indonesia ini dan berapa ribu yang masih ada di sana dan mereka orang yang punya pengaruh di sini? Ini harus diperhatikan oleh negara," ujar Bachtiar Nasir, Sekjen MIMUI, saat pernyataan bersama di PP Muhammdiyah, Jakarta, Senin (29/7/2013).
Menurut Bachtiar, Pemerintah Indonesia tidak cukup hanya menyampaikan pernyataan di melalui jejaring sosial dan disampaikan oleh juru bicara dari kementerian luar negeri.
Pernyataan di tingkat di twitter atau hanya sebatas lewat juru bicara Kemenlu tanpa ada aksi nyata ini bisa dianggap menjadi bom waktu sendiri di dalam negeri.
"Presiden harus membuat aksi nyata agar ada saluran channeling kemarahan masyarakat. Berusaha keras untuk menghentikan pertumpahan darah. Apakah lewat OKI, hubungnan bilateral walau menyingkirkan unsur intervensi atau secara tegas mendesak Dewan Kemanan PBB atau PBB itu sendiri untuk turun," tegasnya.
Sebelumnya, militer Mesir melakukan aksi kudeta dan menggulingkan presiden Mohamed Morsy yang sebelumnya terpilih secara demokratis.