TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Begitu mendengar Vihara Ekayana dibom orang yang tak bertanggungjawab, umat Budha berbondong-bondong mendatangi tempat peribadatan itu.
Tak hanya mencemaskan kehancuran tempat ritual, mereka mencemaskan keutuhan abu keluarga mereka yang tersimpan dalam vihara. Lao Wee Ling yang berusia 68 tahun perlu datang segera untuk memastikan abu keluarganya.
Ia ditemani cucunya untuk melihat keadaan abu suaminya. "Dapat kabar tadi pagi, katanya semalam vihara dibom, ya saya sama mau lihat keadaan abu suami saya," tutur Lao di depan Vihara di Jl Mangga II, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (5/8).
Namun, usaha nenek yang berjalan saja harus menggunakan tongkat ini gagal. Pasalnya, Kepolisian melarang siapapun memasuki vihara yang menjadi obyek utama perkara pengeboman. "Nggak apa-apa, saya nggak kecewa. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, karena vihara ini dilindungi banyak Budha," kata Wee Ling, menghibur diri.
Selain Lao, Joko yang merupakan umat Budha yang lain juga ingin menanyakan kondisi abu kelarganya. Joko bahkan rela tebang ke Jakarta dari Singapura, demi mengetahui kondisi abu keluarganya.
"Iya saya dari Singapura jauh-jauh hanya mau tanya kedaan abu, tapi tidak boleh," keluhnya. Menurut Wakil Ketua Vihara Ekayana, Dharmavimala, memang di vihara dijadikan tempat penyimpanan abu.
Ia meminta umat tak khawatir terhadap kondisi abu, karena jauh dari lokasi ledakan bom. "Nggak masalah kok, itu jauh dari bom. Jadi tak usah khawatir," imbaunya.
Menurut Dharmavimala, hikmah di balik ledakan bom adalah pengamanan itu perlu, meski vihara terbuka untuk umum. "Kita tentunya berharap semua orang lebih mengembangkan cinta kasih," tuturnya.
Tak hanya Wee Ling dan Joko, Haris Yusuf Wijaya (51) juga risau karena sempat diberitakan vihara mengalami kerusakan. "Sebagai umat di sini saya ingin lihat kondisinya. Ternyata tak ada kerusakan, ibadah juga tetap berjalan lancar," kata Haris.
Pria yang tinggal tak jauh dari vihara, yakni di Duri Kepa, Kebon Jeruk itu, mengaku baru tahu ada ledakan bom setelah menyaksikan TV, Senin pagi. Menurut Haris beberapa hari sebelum kejadian, tak ada tanda-tanda mencurigakan atau ada ancaman.
Vihara yang menampung 2.000 umat itu memang biasanya terbuka untuk umum. "Saya tak dengar ada ancaman. Kita semua umat dunia ingin ketenangan, harapannya begitu," tegasnya.
Mengenai kecemasan umat terhadap keutuhan abu keluarga yang telah meninggal, Haris menilai wajar. Di vihara itu tersimpan abu orang meninggal yang sudah dikremasi. Abu disimpan dalam guci dan diletakkan di tempat penyimpanan di lantai dasar dan lantai dua.
"Wajar kalau banyak yang mengkhawatirkan kondisi abu. Bisa saja itu misalnya abu milik orangtuanya. Karena lokasi ledakan katanya dekat tempat penyimpanan abu," tutur Haris.
Sejumlah jemaat Vihara Ekayana yang prihatin mendesak aparat mengungkap tuntas pengeboman ini. "Kalau dilihat, sepertinya si pembom sudah tahu jam-jam operasi vihara. Mungkin sudah memantau dan membaur beberapakali. Ya segera ditangkap saja, deh. Meresahkan," tegas Haris.
"Saya sangat menyayangkan perisitiwa inia. Semoga pelakunya segera ditangkap," kata Ponijan Liaw (44), jemaat yang lain.
Setelah sepanjang hari umat tak diperkenankan masuk vihara, kemarin sore, aparat keamanan memperbolehkan vihara beroperasi seperti biasa.
Sekitar 10 mobil sudah bisa keluar-masuk vihara. Puluhan umat yang berjalan kaki juga sudah berganti-ganti memasuki vihara.
"Iya sudah boleh," kata penjaga gerbang vihara. (tribunnews/ban/wk)