TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian terus mengembangkan penemuan sejumlah senjata api dan amunisi dari mantan narapidana terorisme. Namun hingga saat ini, kepolisian belum mengetahui asal usul peluru yang jumlahnya ribuan tersebut berasal.
Peluru biasanya dibuat pabrikan, tidak bisa dibuat rakitan meskipun digunakan untuk senjata rakitan. Menyikapi hal tersebut, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie mengungkapkan bahwa dengan adanya pengungkapan-pengungkapan tersebut kepolisian berharap bisa mendapatkan informasi darimana asal usul peluru tersebut diperoleh.
"Dari situ kita bisa awasi dari pengawasan yang selama ini dilakukan, jadi kita akan melihat, jadi pengungkapan-pengungkapan ini adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan," ungkap Ronny di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (26/8/2013).
Menurut Ronny, Densus 88 saat ini masih bekerja mengungkap kasus penemuan senjata api dan ribuan amunisi tersebut secara utuh, sehingga pihaknya belum mau mengungkapnya secara gamblang kepada wartawan.
"Sekarang ini Densus 88 sedang mengungkap kasus tersebut makanya banyak informasi yang masih dikecualikan kenapa untuk memberikan ruang bagi mereka mengungkap kasusnya secara tuntas, kalau tidak memberi kesempatan justru saya pertanyakan kawan-kawan apa sih tujuannya, setiap kita lakukan kegiatan, kemudian beredar informasi upaya selnjutnya kita terkendala, kenapa karena informasi-informasi langsung mereka akses, pelaku teror juga kan mengakses informasi lewat media sosial online," ungkapnya.
Mengenai pengawasan kepemilikan senjata api dan peluru, kepolisian akan kembali mengevaluasi proses pengawasan distribusi peluru di institusinya.
"Pengawasan sudah ada SOP, nah apakah SOP ada celah-celahnya kita akan lihat untuk dievaluasi," ujarnya.