TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Tertembaknya Briptu Sukardi seorang petugas provos pada Selasa (10/9/2013) malam, menambah deretan daftar polisi korban penembakan gerakan misterius. Peristiwa ini, menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah pada tahap yang mengkhawatirkan.
"Saya turut berduka atas gugurnya Bripka Sukardi. Penyerarang kepada aparat memang sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Ini sebenarnya salah satu agenda yang seharusnya kemarin kita bahas dengan Polri dalam raker. Namun sayang Kapolri dan Kabareskrim tidak hadir, sehingga rapat harus di jadwal ulang," ungkapnya, Rabu (11/3/2013).
"Perlu ada desain yang jelas dalam mengantisipasi rentetan penyerangan orang tak dikenal terhadap polisi yang sedang bertugas. Pada salah satu sisi, polisi harus meningkatkan fungsi inteljen untuk memburu para pelaku. Saya yakin, hal ini bisa dilakukan dengan baik, mengungkap dan menggulung jaringan tertoris yang kompleks saja mereka bisa, aplagi yang seperti ini," tambahnya.
Pada sisi lain, lanjut Aboebakar, kesiagaan saat bertugas dan pemenuhan prosedur harus dilakukan dengan baik. Belajar dari kasus Bripka Sukardi ini yang melakukan pengawalan yang tidak sesuai prosedur, ia menegaskan, tidak boleh terjadi lagi.
"Menurut informasi yang saya dapat pengawalan dilakukan saat lepas dinas, itupun dilakukan sendirian tanpa dilengkapi mobil sirine, padahal ada 6 truk besar yang dikawal. Lebih mengkhawatirkan lagi senjata milik Bripka Sukardi raib, yang diduga sudah diambil para pelaku," katanya.
Bila hal ini benar, Aboebakar mengingatkan kembali, maka kungkinan besar penembakan serupa masih akan berlanjut dengan pistol rampasan tersebut.
"Saya minta Polri menertibkan jajarannya dalam melakukan tugas pengawalan yang seperti ini, semua protap harus dipenuhi dengan baik. Agar kejadian serupa bisa dicegah atau dihindari," pungkas Aboebakar.