TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir dua bulan kasus penembakan anggota Polri berlalu, tetapi kepolisian belum mampu menangkap pelaku utama penembakan.
"Kita sudah menahan tujuh orang yang kita tangkap ini baru yang membantu melakukan mulai merakit senjata, mengirim senjata, mengantar kendaraan dan sebagainya," kata Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Sutarman setelah memimpin acara tradisi pembaretan Formed Police Unit (FPU) Kontingen VI Indonesia di Pantai Tanjung Pasir, Teluk Naga, Tangerang, Banten, Selasa (5/11/2013).
Tujuh orang yang ditangkap tersebut terafiliasi dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Barat yang sebelumnya dipimpin Abu Roban. Mereka ditangkap di berbagai tempat.
"Ada yang di Sulawesi, Bima, dan Jakarta," katanya.
Tujuh orang yang ditahan berperan sebagai perakit senjata dan pendistribusi senjata sehingga sampai ketangan Nurul Haq dan Hendi Albar. Selain berperan dalam penyediaan senjata api, sebagian orang yang sudah ditangkap merupakan penyedia sepeda motor untuk eksekutor. Para pelaku terkait dengan peristiwa penembakan polisi di Cireundeu, Ciputat, dan Pondok Aren.
Penembakan polisi di Pondok Aren menimpa Aiptu Koes Hendratno, anggota Babinkamtibmas tersebut ditembak saat melintas di Jalan Graha Raya Pondok Aren Tangerang Selatan, Jumat (16/8/2013) dengan mengendarai sepeda motor menuju Polsek Pondok Aren untuk mengikuti apel pengamanan HUT ke 68 RI.
Kemudian dua orang pelaku mengejar Aiptu Koes dengan menggunakan sepeda motor matic dari belakang dan menembak kepalanya sampai anggota bhayangkara tersebut tersungkur dan meninggal di lokasi kejadian.
Sesaat setelah Bripka Ahmad Maulana bersama tiga rekannya yang tergabung dalam tim Buser Polsek Pondok Aren langsung mengejar pelaku dengan menggunakan mobil. Sempat terjadi baku tembak antara tim Bripka Maulana dengan pelaku saat aksi kejar-kejaran tersebut.
Mobil yang ditumpangi Bripka Maulana pun berhasil menabrak motor yang ditumpangi pelaku hingga jatuh. Namun naas mobil buser tersebut pun terperosok, saat mobil petugas terjebak tiba-tiba pelaku bangkit dan menghampiri mobil buser tersebut kemudian menembak Bripka Maulana hingga tewas. Kemudian pelaku pun lari dengan merampas motor milik seorang satpam tidak jauh dari lokasi kejadian.
Begitu juga dalam kasus penembakan Aipda Patah Saktiyono, kejadian sekitar pukul 04.30 WIB, Sabtu (27/7/2013) di Jalan Cirendeu Raya tepatnya di depan sekolah Al Path. Aipda Patah Saktiyono anggota Satlantas Polrestro Jakarta Pusat ditembak orang tidak dikenal dari belakang saat berangkat dari rumahnya Bojong Gede, Depok, Jawa Barat untuk pergi ke tempat kerjanya di Gambir, Jakarta Pusat menggungakan sepeda motor.
Pelakunya saat itu berjumlah dua orang dengan mengenakan satu sepeda motor jenis matic. Pelaku menembak Aiptu Patah dari belakang sehingga mengenai punggungnya. Saat ditemukan kondisi Aiptu Patah dalam keadaan sadar, beruntung anggota polisi tersebut bisa selamat dari maut.
Serupa kejadian yang dialami almarhum Aiptu Dwiyatno Aiptu Dwiyatna anggota Babinkamtibmas Polsek Cilandak tersebut tewas ditembak di Jalan Otista Raya tidak jauh dari Rumah Sakit Sari Asih Ciputat, Rabu (7/8/2013) sekitar pukul 04.30 WIB.
Pelaku penembakan yang diketahui dua orang menggunakan satu sepeda motor dengan mengenakan helm full face membuntuti korban kemudian korban yang mengendari sepeda motor dipepet dari sebelah kanan kemudian pelaku mengeluarkan pistol dan menembak kepala Aiptu Dwiyatno hingga tewas di lokasi kejadian.