Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap sejumlah tokoh penting Indonesia bisa berdampak terhadap kerjasama antara Polri dan Australia Federal Police (AFP).
Alat-alat cyber crime Polri termasuk alat pelacak yang di miliki Densus 88 Polri memang didatangkan dari Australia setelah peristiwa Bom Bali yang menyebabkan Warga Negara Australia menjadi korban dalam serangan yang dilakukan teroris Nurdin M Top Cs.
Kapolri Jenderal Polisi Sutarman tidak menampik kerjasama tersebut masih dilakukan dengan pihak Australia.
"Kerjasama yang dilakukan diantaranya Human Trafiking, Transnasional Crime, pelatihan cyber crime dan sebagainya," kata Sutarman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (20/11/2013).
Dengan adanya kasus penyadapan tersebut, Sutarman belum bisa menentukan kebijakan karena semuanya berada di tangan presiden sebagai pimpinan tertinggi kepolisian.
"Saya belum tahu persis instruksi presiden seperti apa. Kalau memang harus dievaluasi saya kira ini pembicaraan antar negara," katanya.
Sutarman akan patuh terhadap keputusan yang diambil presiden. "
Ini antar negara. Kita tunggu keputusan bapak presiden. Apapun kita laksanakan," ucapnya.