Tribunnews.com, Jakarta - Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Fahri Hamzah, tidak kaget dengan pernyataan Mantan Kepala BIN AM Hendropriyono yang menyebut Indonesia sebenarnya juga pernah menyadap Australia.
"Itu wajar di dunia intelijen begitu. Itu kan kerjaan mereka. Intelijen itu tidak pernah ngaku. Dalam dunia intelijen itu biasa ngapain diributin. Di manapun nyadap itu pekerjaan intelijen, seperti kerjaan maling," kata Fahri di gedung DPR RI Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Sebelumnya Jenderal (purn) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) era Presiden Megawati Soekarnoputri, yang mengumbar plot cerita tersebut.
Kepada satu media massa kenamaan di Australia, Herald Sun, AM Hendropriyono mengakui Indonesia pernah menyadap percakapan para petinggi pemerintahan Australia saat terjadi krisis Timor Leste, tahun 1999 sampai 2004 silam.
Menurut Fahri di dunia intelijen hal itu wajar sebab tugas intelijen adalah sembunyi-sembunyi tidak boleh ketahuan. "Kalau intelijen yang ngaku namanya intel melayu," ujarnya lalu tertawa.
Dijelaskan begitu pentingnya informasi yang diperoleh oleh biro intelijen suatu negara maka hanya Presiden atau Kepala Negara yang berhak memperoleh informasi intelijen itu.
"Presiden sebagai single user. Tetapi di Indonesia lucu, informasi intelijen dipakai untuk menjerat kasus hukum di pengadilan," kata Fahri.
(aco)