News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KRL Tabrak Truk Tangki

Masinis Pada Tragedi Bintaro Tetap Cinta Mati Kereta Api

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Slamet melayani seorang pembeli yang membeli rokok di lapaknya yang sederhana di depan suatu toko

SOSOK Slamet bukanlah orang asing dalam dunia perkeretaapian. Ingatan orang segera tertuju kepadanya ketika kisah Tragedi Bintaro kembali diceritakan. Ketika pada 9 Desember kembali terjadi kecelakaan kereta api di kawasan Bintaro, banyak pihak yang kembali mengaitkannya dengan kejadian yang dialami Slamet.

Dalam kejadian ini Slamet dipersalahkan karena dianggap melanggar aturan dengan memberangkatkan kereta tanpa ijin Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA).

"Saya ingat jelas pagi itu kereta saya diberangkatkan. Saya melihat PPKA memberi tanda, asisten masinis telah naik ke kabin, dan kondektur pun telah masuk ke kereta," tutur Slamet.

Karena itu, ia kesal ketika tahu hanya dirinya saja yang dipecat dengan tidak hormat dan tidak mendapatkan uang pensiun, sementara orang yang menurutnya paling bertanggung jawab tetap mendapat uang pensiun. Slamet mengungkapkan, banyak keganjilan dalam kasusnya.

Kini, untuk menyambung hidup, ia berjualan rokok eceran keliling di depan suatu toko di kawasan perempatan Kalianyar, Kutoarjo. Tempat berjualannya ini berjarak sekitar 17 km dari rumahnya yang sederhana di Dusun Krajan Kidul, RT 02/RW 02, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Purworejo.

"Peristiwa 26 tahun yang lalu itu tidak akan pernah bisa saya lupakan. Selain itu sekarang saya hanya berdoa, agar saya pada akhirnya mendapatkan keadilan. Uang pensiun yang menjadi hak saya, semoga saya dapatkan," harapnya.

Slamet menegaskan, meski diperlakukan tidak adil, namun ia tidak merasa dendam pada dunia perkeretaapian. Bahkan, ia memiliki keinginan agar ada anaknya yang masuk menjadi karyawan perusahaan kereta api.

"Saya tidak dendam. Saya sampai mati tetap cinta kereta api. kalaupun saya sudah tidak bisa memberikan apa yang saya miliki untuk kereta api, biarlah anak saya yang meneruskan cita-cita saya. Kalau ada kesempatan saya ingin ada anak saya yang masuk ke kereta api, entah jadi masinis atau apa, yang penting meneruskan cita-cita saya membangun perkeretaapian Indonesia," ungkapnya lalu tersenyum. Rento Ari Nugroho/Tribun Jogja

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini