TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Psikologi dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan menyayangkan ketidakhadiran pemimpin Indonesia ke pemakaman Nelson Mandela.
Padahal, Mendela salah satu tokoh dunia yang mempopulerkan batik ke seluruh dunia. Bahkan, ia lebih sering menggunakan batik dalam aktivitas kenegaraan setelah mendapatkan souvenir batik dari mantan Presiden Soeharto.
"Pemimpin negara lain hadir seperti Obama, maupun Kanselir Jerman. Nah, sayangnya tidak ada pemimpin Indonesia yang hadir. Ini menunjukkan kita kurang sensitif terhadap hal-hal yang bersifat kebudayaan termasuk silaturahmi.
Padahal semua tahu Mandela juga ikut mempopulerkan batik Indonesia ke seluruh dunia," kata Sarlito saat sarasehan bertema Mengajak Generasi Muda Mencintai Kebudayaan Tradisional yang diselenggarakan UNIMA Indonesia dan BCA di Jakarta, Sabtu (21/12/2013).
Ditambah lagi, kurangnya komitmen menjaga kebudayaan ditunjukkan dengan merobohkan bangunan bersejarah di berbagai kota. Padahal orang-orang luar negeri yang datang ke Indonesia juga ingin melihat bangunan bersejarah.
Di mata Sarlito, yang dipikirkan orang Indonesia adalah masalah perdagangan, ekonomi yang ujung-ujungnya berurusan dengan KPK.
"Saat lagu Rasa Sayange maupun Reog Ponorogo diklaim Malaysia muncul protes, tapi faktanya kurang terjaga. Bisa dilihat berapa anak yang bisa hafal lagunya, atau nasib kesenian Reog Ponorogo yang kini juga setengah mati," katanya. (eko sutriyanto)