Laporan: Yunike Lusi
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri menuntaskan proses identifikasi keenam jenazah terduga teroris yang ditembak mati Densus 88 pada penggerebekan di malam tahun baru di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan.
Kepala Pusdokkes Polri, Brigjen Pol dr Arthur Tampi, menjelaskan pihaknya menerima keenam jenazah dalam rentang waktu berbeda. Jenazah pertama yang diterima, kata Arthur, merupakan jasad Nur Hidayat yang masuk pada 31 Desember 2013 sekitar pukul 20.10 WIB.
"Kami menerima 1 kantong jenazah bernomor I/cpt/00/01. Penanganan dan selesai sekitar pukul 3.00 WIB, 1 Januari 2014. Dari hasil yang dilakukan dengan proses metode medik dan DNA, jenazah tersebut adalah jenazah Nur Hidayat," kata Arthur.
Diketahui, dari keenam terduga teroris, Dayat jadi orang pertama yang ditembak mati Densus 88 di ujung Gang Haji Hasan saat akan membeli makan bersama Iwan, tetangganya,menuju Jalan KH Dewantoro, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (31/12/2013). Ia dilaporkan melawan saat akan dibekuk di sebuah lapangan tak jauh dari lokasi pengepungan. Dayat disebutkan sebagai pemimpin kelompok
Soal lima jenazah lainnya, Arthur menyebut, kembali menerima kiriman kantong berisi jenazah pada keesokan hari. Diketahui, Densus 88 menyudahi perlawanan kelompok tersebut, Rabu (1/1/2014) sekitar pukul 07.00.
"Lalu yang kedua, tanggal 1 Januari 2014 sekitar pukul 8.15 WIB kami menerima 5 jenazah dengan kode nomor 001/ XII /pmj, 002/ XII /pmj, 003/XII/pmj, 004/ XII /pmj dan 005/XII/pmj," ujar Arthur.
Arthur menjelaskan, pihaknya memeriksa jenazah dan pengambilan sampel DNA serta proses pemeriksaan ciri-ciri khusus fisik sebelum meninggal (ante mortem) dari pihak keluarga lalu dicocokkan dengan data-data kondisi fisik jenazah sesudah meninggal (post mortem) dari pihak Rumah Sakit Polri.
"Seluruh pemeriksaan dilakukan hari ini tanggal 3 Januari 2014," ucap Arthur.
Dari pemeriksaan tersebut, dipastikan jenazah merupakan Richard, Edo, Nurul Haq, Hendi, dan Fauzi. Dari jenazah, hanya Richard dan Edo yang diperiksa dengan metode medik (ante mortem) dan metode tes DNA. Sedangkan tiga jenazah lainnya, Nurul Hag, Hendi dan Fauzi hanya diperiksa dengan metode tes DNA.
Adapun penyebab kematian para terduga teroris, Arthur enggan berkomentar apakah mereka tertembak, terkena bom, atau bunuh diri.
"Saya rasa kalau itu silakan tanya ke penyidik. Kami hanya melakukan proses identifikasi karena itu tupoksi kami. Kami tak punya kewenangan untuk itu," ucap Arthur.
Arthur juga menjelaskan jenazah akan diserahkan ke Densus 88 dan bekerja sama dengan Rumah Sakit Bhayangkara Polri. Pengembalian jenazah ke keluarga akan dilakukan Densus 88.