TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat yang kini menjabat sebagai Ketua Presidium Nasional Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Anas Urbaningrum, begadang hingga pukul 03.00 dini hari.
Di rumahnya, di Jalan Teluk Langsa, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur Anas bersama para pendukungnya berdiskusi hingga larut, menimbang perlu tidaknya memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal ini diungkapkan oleh salah seorang loyalis Anas Urbaningrum, Sri Mulyono kepada Tribunnews.com, Rabu (8/1/2014).
Sri kemudian memastikan, Anas Urbaningrum akan hadir pada panggilan KPK hari 'Jumat keramat' nanti (10/1/2014). "Kemarin tidak datang karena saran dari penasihat hukum, lantaran sprindik Anas tidak jelas. Proyek lain itu apa, itu sprindik yang tidak lazim," kata Sri Mulyono.
Ia kemudian menegaskan, keengganan Anas memenuhi panggilan KPK lantaran spindrik yang aneh. Sprindik, lanjut Sri yang belum pernah ada dari sprindik yang dikeluarkan KPK sebelumnya.
"Anehnya KPK bersikukuh dengan sprindik seperti itu. KPK selalu merasa benar. Di satu sisi KPK minta jujur itu hebat, tapi blackberry Abraham Samad tidak boleh diperiksa oleh komite etik saat sprindik Anas bocor. KPK tak mau merevisi sprindik Anas yang tidak lazim itu, " Sri Mulyono menegaskan.
Ia kemudian mengibaratkan Ketua KPK Abraham Samad seperti seorang kuasa hukum untuk Sekjen DPP Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, dalam beberapa kesempatan. Di sisi lain, sambungnya, semua orang diminta jujur dan mau mengikuti kemauan KPK.
"Samad kalau memanggil dan memeriksa Anas dan orang-orangnya bersemangat tinggi. Begitu terdengar nama Ibas langsung ciut, berbalik jadi pembela Ibas. Periksa Boediono juga sembunyi-sembunyi.Padahal Anas dipanggil baru satu kali. Kok Samad emosional kayak preman gitu?" tegas Sri Mulyono.
Sri Mulyono berharap KPK harus memberikan pendidikan hukum yang benar kepada masyarakat. Jangan hanya menonjolkan arogansinya ketika berkuasa, kemudian menjadi pimpinan KPK yang belum tentu juga bersih.
"Masyarakat mencatat rekam jejak mereka dan yang paling anyar adalah soal sprindik Anas.
Hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan dari Ketua KPK Abraham Samad.