TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengaku tidak ambil pusing dengan kritikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terkait Haul Gus Dur. PKB menilai PPP tidak memiliki hubungan dengan Gus Dur.
"Saya kira itu normal saja. Dalam politik ada suatu peristiwa lalu interpretasi berbeda. Itu hak semua orang memberikan interpretasi pada acara itu," kata Ketua Umum PPP Suryadharma Ali di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (16/1/2014).
Suryadharma mengatakan pihaknya telah menganggap Gus Dur sebagai bapak demokrasi. Selain itu, Suryadharma menilai Gus Dur bukanlah milik satu golongan dan agama.
"Gus Dur sosok lintas politik, agama bangsa. Sosok Gus Dur adalah sosok menarik, kita bisa melihat dari sisi apapun," kata pria yang menjabat sebagai Menteri Agama itu.
Ia mengatakan PPP berkewajiban memberikan penghornatan kepada Gus Dur. Salah satunya dengan mendoakan Gus Dur. Ia mengungkapkan pihaknya memiliki tradisi membacakan doa pada orang yang sudah wafat. "Kita punya memperingati ulama. Tidak ada salahnya mendoakan orang. Itu kebebasan orang," tuturnya.
Suryadharma pun membantah apa yang dilakukan PPP untuk mencari keuntungan. Ia menegaskan peringatan tersebut sebagai penghormatan kepada Gus Dur. "Ada hubungan yang sangat erat antara PPP dengan keluarga Gus Dur. Kakek Gus Dur adalah pencipta lambang PPP. Itu hasil istiqorah beliau. Ibunda Gus Dur tiga kali berturut-turut dari fraksi PPP. Kita punya hubungan darah dengan Gus Dur," ungkapnya.
Suryadharma juga mengaku tidak salah bila PPP menarik simpati kelompok Nahdliyin. Ia sendiri mengaku sebagai orang nahdliyin.
"PPP terbentuk karena peleburan NU, Pamusi dan Perti. Hubungan sangat erat sekali. Historis, genealogis dan ideologis. Saya tidak mau merusak hubungan PPP degnan keluarga Gus Dur. Kalau Bu Sinta, Inayah dan Yenni itu datang, itu sesuatu yang biasa-biasa saja," ujarnya.