TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan buku berjudul Selalu Ada Pilihan terbitan Penerbit Buku Kompas, di Jakarta Convention Centre (JCC), Jumat (17/1) lalu.
Buku setebal 807 halaman tersebut menceritakan apa yang dialami dan dirasakan SBY, di antaranya serangan ilmu hitam, pemberitaan pers, dan hujan fitnah. Berikut cuplikan sebagian isi buku tersebut.
Sekitar 2009, menjelang Pemilihan Presiden (PilPres) 2009, di hari Minggu pagi, istri (Ny Ani Yudhoyono) sedang membaca majalah di ruang keluarga. Sedang saya beraktivitas di ruang perpustakaan.
Tiba-tiba istri berteriak dan memanggil-manggil saya. Saya segera berlari ke ruang tengah untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata ada asap hitam tebal dan berputar-putar di langit-langit dan di tengah ruangan.
Pengalaman unik namun menyeramkan tersebut diungkapkan SBY dalam sub-bab berjudul Ancaman Terhadap Presiden Bisa Sampai Tingkat Pembunuhan, halaman 260-264. Serangan bukan hanya berupa ilmu hitam tetapi juga aksi yang disiapkan oleh kelompok teroris.
SBY selanjutnya menuturkan asap hitam misterius itu bergerak ke timur, seperti ingin menerobos kamar tidurnya. Apa yang dilakukan SBY selanjutnya adalah mengajak orang-orang yang berada di rumahnya saat itu untuk berdoa memohon pertolongan Allah SWT dan membaca surat Al-Fatihah.
"Saya sendiri melengkapi dengan doa penolak bala dan kejahatan. Saya juga minta untuk menutup pintu kamar saya, dan sebaliknya membuka semua pintu yang ada. Apa yang terjadi, asap tebal yang berputar-putar itu bak ditiup angin yang kuat bergegas keluar dariu rumah saya," tulis SBY.
Peristiwa disebutnya mirip adegan film horor dan ceeita-cerita lama. "Tetapi sungguh ada. Sungguh nyata," katanya.
SBY mengungkapkan sebenarnya ragu-ragu menceritakan kejadian tersebut karena bisa dituduh sebagai pemimpin yang tidak rasional atau bahkan dianggap percaya takhayul.
"Tetapi secara tegas saya sampaikan, Insya Allah keimanan dan ketakwaan saya akan tetap kuat dan tegak, memang ada banyak kejadian yang kurang bisa dinalar secara baik," katanya.
Masih banyak kejadian-kejadian lain yang ganjil dan sulit dinalar secara logika, tetapi SBY memilih menyimpannya sebagai kenangan pribadi. "Barangkali hal-hal aneh seperti itu bukan hanya yang menghadapi dan mengalaminya. Barangkalipula itu sebuah konsekuensi yang harus saya tanggung dan hadapi sebagai pemimpin puncak di negeri ini," tambah bapak dua anak itu.
Lain lagi soal acaman yang dilakukan kelompok teroris. Sekitar 2009, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar melapor adanya rencana operasi pembunuhan terhadap presiden. Rencana itu dipersiapkan oleh kelompok teroris, bahkan ada latihan-latihan dilakukan di sebuah kamp.
"Tetapi sebagaimana yang terjadi dalam politik di negeri ini, sejumlah kalangan DPR dan pengamat menanggapi hal itu sebagai sesuatu yang dibesar-besarkan dan hanya untuk pencitraan," tambahnya.
Persitiwa lain muncul ketika SBY melakukan kunjungan ke Jawa Barat, terutama daerah Ciwidey. Polri mengetahui adanya aktivitas sel teroris yang sedang bergerak di sekitar Bandung, Padalarang, hingga Ciwidey.