Meris: Besok kira-kira bisa ketemu siang atau dimana bang?.
Deviardi : abang ikut aja.
Meris: oh ya udah. Aku koordinasi sama abang siang ya. Tadi baru buka puasa bareng karyawan bang, maaf bang ya.
Deviardi : gak apa-apa itu. Bagus itu. Hehehe. Yang penting Meris sehat selalu, bapak sehat selalu. Ya ya.
Meris: pokoknya kalau udah ditelepon Abang Ardi sudah 86 lah.
Deviardi : iya. Iya.
Duduk di bangku saksi, Meris yang mengenakan blazer warna hitam itu tampak pucat. Meski mengakui itu nomor telepon miliknya, namun Meris menyangkal suara yang ada dalam rekaman percakapan tersebut.
"Saudara saksi mengenal suara itu?" Tanya Jaksa KPK Riyono kepada Meris.
"Itu yang perempuan seperti suaranya mirip dengan saya. Tapi itu bukan suara saya Pak," jawab Meris.
Meris juga berkelit dan ngotot membantah bahwa itu merupakan suara dirinya dalam semua rekaman yang dibuka Jaksa KPK. Meris juga membantah isi percakapan dirinya dengan Deviardi melalui SMS yang dibuka Jaksa KPK.
Geram melihat respon Perempuan kelahiran Jakarta 8 Maret 1977 itu, majelis hakim memperingatkan saksi Meris bahwa adanya pasal di KUHP yang dapat menjerat dirinya karena telah memberikan keterangan palsu dan sumpah palsu.
Meris terpantau hanya menganggukan kepala mendengar teguran Hakim. Tapi saat dilanjutkan pertanyaan, Meris terus membantah tudingan Jaksa KPK.
Seperti diketahui, dalam dakwaan Rudi dan Deviardi terungkap Artha memberikan uang kepada Deviardi buat Rudi.
Pertama, USD 250 ribu disetor sekitar Januari atau Februari 2013 oleh Artha kepada Deviardi. Kemudian, Artha mengirim uang lagi sebesar USD 22.500 pada tahun sama. Lantas ada lagi pemberian sebesar USD 50 ribu pada bulan Ramadhan 2013. Dia menyerahkan duit itu ke Deviardi di restoran cepat saji, McDonald, di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, sekitar pukul 24.00 WIB.
Kemudian, dua hari sebelum hari raya Idul Fitri 2013, Artha memberi USD 200 ribu buat Rudi. Duit itu diserahkan dalam dua amplop warna coklat, masing-masing berisi USD 150 ribu dan USD 50 ribu. Fulus itu diantar supir Artha dan diterima Deviardi di gerai waralaba Seven Eleven Menteng, Jakarta Pusat.