TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim gabungan Polda Sulawesi Selatan dan Polres Gowa masih memburu pelaku penembakan terhadap anggota Intelejen dan Keamanan (Intelkam) Polres Gowa IPTU Muhammad Daud.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan bahwa pihaknya hingga kini sudah memerikasa 16 saksi dalam kasus tersebut.
"Kita mencoba mengambil keterangan, baik saat kejadian maupun saat sebelum peristiwa terjadi. Jadi ini bagian dari rangkaian penyelidikan yang dilakukan Polda Sulsel dan Polres Gowa," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (14/2/2014).
Dikatakannya 16 saksi yang diperiksa selain warga sekitar yang menjadi saksi langsung pada saat peristiwa penembakan, maupun orang-orang yang dianggap mengetahui asal usul almarhum sebelum terjadinya peristiwa penembakan. Pemeriksaan pun mendalami kemungkinan adanya kaitan antara peristiwa yang menimpa perwira pertama polisi tersebut dengan masalah kedinasan atau pribadi.
Boy berkeyakinan bahwa aksi penembakan tersebut sudah direncanakan sebelumnya, berbeda dengan kasus penembakan yang menimpa Briptu Nurul Afandi di Bogor, Jawa Barat.
"Kalau di Bogor itu spontan, kalau ini sepertinya ada penargetan khusus," ucapnya.
Melihat dari luka yang dialami IPTU Daud, tembakan diarahkan ke tempat mematikan yaitu dada kiri dan perut. Tentunya dengan melihat hal tersebut, pelaku diduga kuat menembak bukan karena terkejut, melainkan memang sengaja diarahkan untuk membunuh.
Boy pun menganggap bahwa pelaku penembakan bukan orang sembarangan, setidaknya penembak polisi tersebut memiliki kemampuan menggunakan senjata api.
"Pelaku setidak-setidaknya mahir menggunakan senjata api, karena dada kiri, bagian jantung, bagian yang mematikan," ujarnya.
IPTU Muhammad Daud ditembak orang tidak dikenal tidak jauh dari kediamannya pada saat akan berangkat ke masjid untuk menunaikan ibadah salat subuh, Selasa (11/2/2014) pagi. Ia langsung menghembuskan nafas terakhir dilokasi kejadian.