News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Roy Suryo, Konflik Keraton Solo, dan Mobil Pertama di Indonesia Serta Asia

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menpora Roy Suryo bersama keluarga besar Keraton Surakarta usai melakukan pertemuan dengan Presiden SBY di Gedung Agung.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Roy Suryo menceritakan alasan kenapa menggelar jumpa pers di Kementerian Pemuda Olah Raga (Kemenpora) terkait penyelesaian konflik internal keraton Solo.

Mantan Anggota Komisi I DPR RI ini mengawali ceritanya dari sebuah mobil kuno tipe Benz Phaeton milik Paku Buwono X yang hilang 90 tahun silam.

Awal cerita, dalam sebuah perjalanan panjang ketika Roy Suryo sebelum menjadi Menpora, dirinya memang sudah memiliki hobi koleksi kendaraan kuno. Tentu hal tersebut akan menjadi bidang yang kini diembannya sebagai Menpora karena ada hubungannya dengan olahraga.

"Dalam sejarah panjang kendaraan kuno, saya sudah mengenal lama bahwa Indonesia sebenarnya sudah punya mobil pertama, yang sayangnya mobil pertama Indonesia itu dikenal hilang atau tidak ada lagi di bumi pertiwi," ujar Roy Suryo mengawali ceritanya di Kemenpora, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2014).

Mobil pertama yang dikenal orang Indonesia adalah tipe Benz Phaeton produksi 1894 yang memang didatangkan secara khusus raja Keraton Surakarta yang bertahta saat itu Paku Buwono X. Ketika Paku Buwono X naik tahta, pada 1893 ketika raja turun dia melepas kendaraan pertama di Indonesia.

"Kendaraan tersebut sangat luar biasa, kendaraan pertama tidak hanya di Indonesia tapi kendaraan pertama di Asia, jadi ini sejarah panjang," ucapnya.

Kendaraan yang berbentuk kereta kencana tersebut tidak lagi berada di Indonesia sejak tahun 1927. Saat itu Paku Buwono X ingin merestorasi kendaraan tersebut sekaligus untuk diperbaiki dan dipamerkan di Belanda. Kemudian kendaraan kuno tersebut dikirim lah ke Belanda melalui Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.

"Foto ketika mobil itu dikapalkan ada," ucapnya.

Tetapi setelah dikirim ke Belanda, mobil dengan mesin 3.0 liter tersebut tidak terdengar lagi kabarnya selama 90 tahun lamanya. Kemudian Roy Suryo pergi ke Belanda dalam rangka menyelesaikan konflik PSSI bersama rombongan Kemenpora dengan diantar Kedubes RI untuk Belanda.

Seakan sudah ditakdirkan, Roy Suryo saat itu sempat mengunjung sebuah meseum Lauman yang berada di Denhaag Belanda. Roy Suryo sempat kaget melihat sebuah kendaraan yang berada di sebuah sudut gedung museum pribadi tersebut yang menjajakan kendaraan-kendaraan kuno.

"Saya sangat kaget dan terperanjat karena menemukan sebuah kendaraan yang dipamerkan saat itu karena ada di salah satu sudut dan setelah kami cocokan dengan data-data yang ada ternyata betul bahwa itulah kendaraan yang pernah ada di Pulau Jawa," ucapnya.

Kemudian muncul lah niat untuk mengembalikan kendaraan kuno milik Paku Buwono X ke tanah air.

"Singkat kata kami berkeinginan bersama-sama Kemenpora untuk mengembalikan kembali kereta atau mobil yang pertama kali di Republik Indonesia ke tanah air, proses semua dilakukan termasuk saya dapat bantuan luar biasa dari saudara Paul," ujarnya.

Roy Suryo mengatakan bahwa Paul Lek merupakan warga Belanda yang berkomunikasi secara intens dengan pemerintah Belanda memperjuangkan kereta atau mobil pertama di Indonesia tersebut untuk dibawa ke tanah air.

Kakek Paul, merupakan orang yang tertulis dalam dokumentasi sebuah buku yang menjelaskan asal-usulĀ  kendaraan milik Paku Buwono X.

Meskipun bila pada akhirnya kedaraan kuno tersebut tidak bisa dibawa ke tanah air, ada rencana untuk membuat replika kendaraan tersebut sesuai dengan aslinya yang dibuat pabrik pembuatnya.

Selain itu, pemerintah RI pun berencana memberikan penghargaan kepada Paku Buwono X sebagai bapak otomotif nusantara, karena sebelumnya Paku Buwono X dianggap orang yang telah mempopulerkan mobil dengan memiliki 50 bahkan 100 mobil dan mengembangkan bisnis otomotif di Indonesia.

"Maka beliau layak mendapat gelar bapak otomotif nusantara," ujarnya.

Tetapi pemberian gelar tersebut terhambat dengan adanya konflik di tubuh keraton Solo. Akhirnya mau tidak mau Roy Suryo pun melibatkan diri dalam penyelesaiannya hingga saat ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini